Ikan tersebut adalah hasil tangkapan nelayan yang baru kembali dari melaut. Jadi, benar-benar segar.
Setelah kenyang, sebelum istirahat, rombongan diajak berdansa diiringi grup band lokal. Beberapa turis asing yang tengah berkemah ikut larut dalam hentakan musik reggae dan lagu daerah Flores. Hilang semua lelah.
Matahari terbit
Pagi sebelum matahari terbit, saya sudah bangun. Saya tak ingin gagal lagi melihat warna-warni langit setelah tak sempat melihat matahari terbenam.
Dari lokasi kemah, saya berjalan ke arah timur menyusuri pinggir pantai sekitar pukul 05.15 Wit. Bintang-bintang dan bulan masih bertengger di langit. Namun, sedikit warna merah sudah muncul di langit sebelah timur.
Untuk menikmati matahari terbit secara jelas, saya dan wisatawan lain menaiki bukit di tengah pulau. Bukit itu tidak terlalu tinggi jadi tak terlalu melelahkan untuk mendaki.
Kami menunggu. Informasi dari petugas konservasi, matahari akan muncul pukul 6.07 Wit.Perasaan was-was membayangi ketika sudah pukul 6.05 Wit. Jangan-jangan matahari tertutup awan.
"Yeeeee," teriak para wisatawan yang menunggu.
Tak sampai dua menit, matahari utuh terlihat. Sinarnya membuat garis di lautan.
Dari atas bukit, wisatawan juga bisa menikmati panorama 360 derajat. Hamparan laut dan pulau-pulau kecil membuat saya tersenyum.
Melihat ke bawah, terlihat pasir putih Pulau Rutong. Jernihnya air laut membuat karang-karang terlihat dari atas bukit.
Setelah puas menikmati panorama, kami turun dan bersiap meninggalkan pulau. arapan di pinggir pantai menjadi penutup acara di Rutong. Ikan dan cumi bakar, pisang goreng, singkong rebus dan menu lain disuguhkan. Nikmat.
Pulau Kelelawar
Sebelum meninggalkan kawasan Riung, kami diajak melihat kawanan kelelawar di salah satu pulau. Lantaran hanya dihuni kelelawar, pulau itu dinamakan Pulau Kelelawar.