Dari depan warung, aroma sup sudah tercium. Inilah yang membuat selera makin tergugah.
Setelah memesan, hal kedua yang membuat tergoda adalah sajian mangkung sup itu sendiri. kepulan asap dari kuah rempah panas bercampur wangi daging seakan Cuma Makassar yang punya.
Sekilas, sajiannya memang mirip dengan coto dan palubasa. Akan tetapi, kalau kuahnya dicecap, perbedaannya terasa. Coto dan palubasa punya kuah yang lebih kental dan pekat warnanya.
"Yang membedakan sup lidah kami dengan coto dan pallubasa adalah kuahnya. Kuah lidah lamuru cenderung bening dan kaya akan rempah-rempah," jelas Rinawati.
Menyeruput kuahnya terlebih dahulu, adalah pilihan terbaik. Rasa sedap yang dihasilkan dari taburan bawang goreng dan irisan daun seledri membuat rasa kuah yang dihasilkan sangat gurih. Setelahnya, Anda bisa mencicipi sajian utama di dalam sup, yakni lidah sapi.
Tekstur dari lidah sapi dalam sup sangat lembut, sehingga mudah untuk dikunyah. Rasa semakin kaya karena bumbunya meresap ke dalam lidah sapi. Sebagai pelengkap, ada pula bihun putih dan irisan tomat.
"Kalau mau lebih nikmat, coba makan sup dengan nasi dan perkedel," tambah Rinawati.
Untuk menikmati sajian itu, pelanggan hanya perlu merogoh kocek Rp 30.000. Lalu, tambahan nasi dan perkedel masing-masing berjumlah Rp 5.000.
Saat ini, warung makan milik Rinawati terdapat di empat lokasi. Selain di Jalan Lamuru, pelanggan bisa mengunjungi warung yang sama di Jalan Cendrawasih, Jalan Irian, dan cabang yang terbaru di Jalan Rusa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.