SOLO, KOMPAS.com - Grebeg atau disebut pula gerebeg merupakan suatu perayaan penting dalam masyarakat Jawa. Umumnya grebeg dilaksanakan untuk merayakan hari-hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, Suro (Tahun Baru Penanggalan Jawa), dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam grebeg, salah satu prosesi penting dan ditunggu oleh banyak orang adalah arakan gunungan yang kemudian dibagi ke masyarakat.
(BACA: Grebeg Sudiro Perlu Ditata Lagi)
Di Solo misalnya Keraton Surakarta Hadiningrat menyelenggarakan grebeg besar untuk memperingati Idul Adha, Sabtu (2/9/2017). Masyarakat tampak antusias untuk berebut gunungan yang diarak oleh pasukan keraton.
"Selepas upacara gerebeg sekatenan berlangsung seminggu, tepat 12 Rabiul Awal, diadakan upacara grebeg yaitu upacara selamatan dengan dikeluarkannya gunungan dari keraton. Gunungan dibuat beberapa hari sebelum perayaan Grebeg Mulud oleh abdi dalem khusus yang ditunjuk oleh Sinuhun," sebut Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Priyatmoko saat dihubungi KompasTravel, Senin (4/9/2017).
(BACA: Ribuan Tumpeng Meriahkan Grebeg Surowiti)
Uniknya gunungan dalam grebeg besar Keraton Surakarta Hadiningrat terdiri dari dua jenis, yakni gunungan kakung (laki-laki) dan gunungan putri (perempuan). Gunungan tersebut menurut Heri nemiliki berbagai makna di baliknya.
Gunungan kakung juga melambangkan kesuburan, sifat baik, juga menggambarkan tentang dunia dan isinya yang mencakup berbagai unsur di dalamnya.
Berbeda dengan gunungan kakung, gunungan putri justru melambangkan sifat buruk dan perusak. Sehingga keduanya harus disatukan.
"Di sinilah peran raja untuk menyatukan dua kekuatan itu sehingga akan menjadi satu kekuatan yang besar untuk kejayaan keraton. Dari sinilah raja mengeluarkan sepasang gunungan pada waktu perayaan sekaten," tulis Heri.
Isi gunungan sendiri umumnya memiliki pakem tersendiri. Biasanya terdiri dari sayur-sayuran, telur asin, nasi. Melambangkan bumi, langit, tumbuh-tumbuhan, api, hewan, dan sifat-sifat manusia.
Nasi sayuran melambangkan kehidupan tercukupi (duniawi), sedang yang dituju adalah para roh dan danyang, dan sega asahan bermakna untuk menyucikan lahir dan batin.
Menurut Heri perlu pemahaman tersendiri untuk melihat pesan terselubung dari simbol-simbol dalam upacara Jawa, tak terkecuali grebeg besar.
"Simbol atau lambang ini mengandung pesan-pesan yang terselubung, serta nilai-nilai luhur yang ditujukan kepada masyarakat yang bersangkutan. Nilai, aturan, dan norma ini tidak saja berfungsi sebagai pengatur antar-individu dalam masyarakat, tetapi juga menata hubungan manusia dengan alam lingkungannya, terutama kepada Sang Pencipta," tulis Heri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.