Laurence sangat terkesan dengan penyambutan orang-orang Flores serta kemolekan alam dan budayanya. Banyak pantai indah dan unik, seperti pantai Liang Mbala, serta keunikan Danau Kelimutu.
Belum lagi kampung adat Gurusina dan Bena serta wisata ekologi di kampung Mbeling, Rehes, Desa Gurung Liwut. "Kami berwisata di persawahan-persawahan Mbeling. Kami trekking di persawahan Waenanga, Waeuwu, dan Waerebak serta menyisiri Golo Sisi di pinggir hutan Banggarangga," katanya.
"Selain menikmati pemandangan persawahan, kami juga disuguhkan dengan suara-suara burung endemik yang hanya ada di hutan Pulau Flores. Selain itu, kami live in di rumah-rumah warga di Mbeling. Mereka menyambut kami dengan makanan lokal," katanya.
Menurut Laurence, di Belgia mereka berhadapan dengan gedung-gedung pencakar langit serta jarang mandi di pantai. "Jadi alam Flores sangat luar biasa. Bahkan, di Belgia, jarang orang memberikan senyum saat berjumpa di jalan raya. Bahkan merasa asing satu sama lain,” katanya.
Laurence mengaku baru pertama kali mengunjungi Indonesia dan langsung ke Pulau Flores. Banyak hal baru yang mereka jumpai dalam perjalanan wisata di Pulau Flores, NTT, Indonesia.
"Seperti saat kami menginap di homestay Mbeling, tuan rumah mengajarkan kami bahasa Manggarai untuk menyapa tamu. Saat saya masuk di rumah adat Gendang Tuwa Mendang, saya menyapa kepada tua adat di rumah itu dengan kalimat 'Tabe Iyo Ite'," tuturnya.
"Ungkapan bahasa Manggarai 'Tabe Iyo Ite' sangat mendalam di mana saya dan orang Manggarai Timur menjadi saudara," tambah Kris Aumann.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.