Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Pala yang Jadi Aset Utama di Pulau Banda

Kompas.com - 21/09/2017, 18:05 WIB
Lisa Viranda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pameran bertajuk "Banda, Warisan Untuk Indonesia" diselenggarakan pada tanggal 20 September - 4 Oktober 2017 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Pameran ini bertujuan untuk mengangkat kembali fakta bahwa Pulau Banda sebagai penghasil rempah yang kaya. Keberadaan buah pala menjadi sorotan sebagai aset utama Kepulauan Banda pada masa itu hingga menjadi pusat perhatian dalam perdagangan dan politik internasional.

BACA: Mengapa Rempah-rempah Begitu Diburu pada Zaman Dahulu?

Kepulauan Banda terdiri dari 10 pulau kecil yang terletak di Laut Banda. Didominasi oleh gunung berapi, kombinasi iklim dan tanah ini menghasilkan kondisi yang tepat untuk tumbuh kembangnya pohon pala. Pohon ini menghasilkan rempah pala dan bunga pala yang terkenal.

Dalam pameran ini, terdapat penampakan biji buah pala beserta bunganya. Biji buah pala yang berwarna coklat tua memiliki bentuk bundar dan berukuran serupa dengan bola bekel. Bunga pala berfungsi sebagai pembungkus dari biji pala dan bisa digunakan untuk memasak.

Ada pula biji kenari dengan ukuran yang hampir sama dengan biji pala,tetapi memiliki warna coklat yang lebih muda. Pohon kenari bertugas untuk melindungi pohon pala dari cahaya matahari.

BACA: Rempah, Penyebab Awal Kolonialisme di Tanah Air

Buah Pala dan Bunga Pala yang dipamerkan dalam tema Banda, Warisan untuk Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (23/9/2017). Pameran ini dalam rangka memperingati 350 tahun Perjanjian Breda dan dilaksanakan pada 20 September - 4 Oktober 2017.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Buah Pala dan Bunga Pala yang dipamerkan dalam tema Banda, Warisan untuk Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (23/9/2017). Pameran ini dalam rangka memperingati 350 tahun Perjanjian Breda dan dilaksanakan pada 20 September - 4 Oktober 2017.
Anda juga bisa melihat gait-gait (sebutan untuk alat petik pala) yang ditempatkan di atas bambu panjang dan dipakai untuk memanen pala. Ujung tajam dipakai untuk melepaskan pala dari pohonnya. Buah pala yang telah dipetik akan ditempatkan di bakul pala dengan ukuran yang lebih besar atau kerap disebut tukiri.

Pameran ini juga menghadirkan bel kebun yang kerap digunakan oleh para petani pala untuk mengatur jam kerja mereka. Bel akan berdering ketika jam kerja dimulai dan juga menjadi penanda apabila pekerjaan telah selesai.

Keuntungan dan perdagangan pala luar biasa besar. VOC membeli pala seharga 5 sen per pound dan bunga pala seharga 40 sen per pound. Kemudian VOC menjualnya seharga 5 dan 7 guilders per pound di Eropa. Produksi tahunan rata-rata adalah 0,5 juta pound biji pala dan 0,15 juta pound bunga pala.

Tidak heran apabila kehadiran jenis rempah ini membuat Banda diperebutkan oleh Portugis, Inggris, dan Belanda hingga terjadinya pertumpahan darah. Tidak hanya itu, Banda juga dinobatkan sebagai salah satu bagian penting dalam wilayah NKRI yang dalam sejarahnya telah mengubah tatanan dunia sebagai penghasil rempah dan akar budaya maritim Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com