Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal Menuju Kejayaan Wisata Kuliner Indonesia

Kompas.com - 22/09/2017, 06:58 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan kekayaan kuliner yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia berpotensi menjadi destinasi wisata kuliner pilihan bagi turis mancanegara. Cerita di balik makanan-makanan Indonesia mulai dari sejarah hingga resep pun bisa menjadi daya tarik.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa pengeluaran turis mancanegara ketika berwisata di Indonesia rata-rata sekitar Rp 5,3 juta dengan rata-rata lama berlibur antara 4 hingga 5 hari.

(BACA: Di Mana dan Apa Makanan Favorit Turis Mancanegara saat Wisata Kuliner?)

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan selama mereka berlibur di Bali misalnya, pengeluaran rata-rata sekitar 300-400 dollar AS per orang antara lain untuk biaya menginap (akomodasi), makan, paket tur, dan belanja buah tangan atau cinderamata.

"Data yang saya punya kualitatif dan observasi. Kuliner dan belanja itu bisa jadi primary motivation untuk daerah tertentu. Kuliner dan shopping itu bagian dari perjalanan wisata. Kuliner bisa jadi bagian penting dari cenderamata. Kuliner itu bukan hanya mendatangkan wisatawan tapi bisa memperbesar spending-nya," ujar Pitana di sela-sela acara "Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner dan Belanja dalam Tingkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara" di Jakarta, Selasa (19/9/2017) lalu.

(BACA: Wisata Kuliner dan Belanja Daya Tarik Wisman Berlibur ke Indonesia)

Segmen pasar wisata kuliner yang ingin diraih pun masih abu-abu. Pihak Kementerian Pariwisata masih mencoba meraba-raba kolam wisatawan mancanegara.

"Sudah berapa persenkah wisata kuliner jadi alasan wisata, saya belum tahu," lanjut Pitana.

Soto banjar, kuliner khas kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan sate ayam.KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Soto banjar, kuliner khas kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan sate ayam.
Cita-cita muluk untuk menjadikan kuliner Indonesia sebagai daya tarik utama pun masih harus banyak bertemu jalan yang terjal. Sederet tantangan seperti pengemasan cerita makanan, higienitas, dan paket-paket wisata kuliner harus terus dikembangkan.

(BACA: Ini 10 Destinasi Wisata Kuliner Prioritas di Indonesia)

Menurut Alfonsus Aditya, Chief Bussiness Development Officer Triponyu.com, higienitas adalah salah satu yang mesti ditekankan dalam pengembangan wisata kuliner di Indonesia. Ia memiliki pengalaman saat bertemu dengan turis mancanegara yang datang ke Indonesia bersama keluarga.

"Wisatawan mancanegara itu agak hati-hati mencoba. Ini kejadian di Solo. Mereka sekeluarga datang dan mereka tanya tentang kebersihan makanannya. Mereka terus mengecek makanannya," jelasnya.

Masalah tentang sampah dan kebersihan di Indonesia pun diakui oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Hal itu sebagaimana dari laporan Travel and Tourism Competitive Index World Economic Forum (TTCI WEF).

Bubur ayam, sarapan rakyat yang mudah ditemui di berbagai sudut kota Salatiga pada pagi hari sebelum semua memulai aktivitasnya. Bubur ayam di Jalan Jenderal Soedirman, depan Toko Timur Baru, seberang pasar besar,  kerap jadi rujukan bubur ayam nikmat.KOMPAS.com/DANI J Bubur ayam, sarapan rakyat yang mudah ditemui di berbagai sudut kota Salatiga pada pagi hari sebelum semua memulai aktivitasnya. Bubur ayam di Jalan Jenderal Soedirman, depan Toko Timur Baru, seberang pasar besar, kerap jadi rujukan bubur ayam nikmat.
"Masalah sampah dan kebersihan. Kita mengakui (Indonesia masih belum bebas sampah), karena terbukti memang nilai kebersihan kita masih rendah dalam penilaian TTCI WEF," kata Arief saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Dari segi kesehatan dan kebersihan dalam laporan TTCI WEF 2017, posisi Indonesia berada di peringkat 108 dari 136 negara di dunia. Akses sanitasi yang baik di Indonesia berada di peringkat 103 dari 136 dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com