Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Batu Lamampu dan Kayu Angin, Pantai Perawan di Perbatasan

Kompas.com - 22/09/2017, 10:39 WIB
Sukoco

Penulis

Sayangnya jalan aspal terputus kurang lebih 1 kilometer masuk ke Pantai Batu Lamampu. Jalan tanah yang berlubang dan becek akan menyambut pengunjung. Padahal untuk sampai ke bangunan gazebo yang dibangun oleh pemerintah daerah masih berjarak 500 meter lagi.

Di ujung pantai kita bisa menikmati fasilitas gazebo serta peristirahat di sebuah bukit di mana masyarakat menyebutnya Batu Lamampu. Batu Lamampu dalam bahasa daerah Suku Dayak Tidung adalah batu yang tidak akan tenggelam meskipun laut sedang dalam keadaan pasang tinggi.

Beberapa pedagang makanan juga terlihat membuka kios mereka di antara gazebo yang ada. Mereka mengaku buka seminggu penuh meskipun pada hari-hari biasa terkadang tidak ada pengunjung.

Harga untuk makanan dan minuman yang mereka tawarkan juga tidak berbeda dengan harga pada umumnya. Para pedagang inilah yang menjaga kebersihan di sekitar bangunan gazebo di Pantai Batu Lamampu.

Meski berpasir coklat bersih dan berlangit biru, sayangnya masih terdapat banyak sampah berserakan yang dibawa ombak. Sampah-sampah tersebut biasanya menumpuk di bibir pantai Batu Lamampu.

Fasilitas tong sampah sayangnya juga tidak terlihat di sepanjang Pantai Batu Lamampu yang membuat pengunjung kesulitan membuang sampah.

Jika kita menyusuri pantai sejauh 1,5 kilometer ke arah timur dengan melewati sebuah pulau kecil yang terdapat pohon di sana, kita akan sampai ke Pantai Kayu Angin.

Pantai Kayu Angin dipenuhi oleh pohon cemara atau warga Sebatik menyebutnya Pohon Angin. Sayangnya, abrasi pantai telah menggerus pohon-pohon Kayu Angin tersebut hingga tersisa satu baris pohon Kayu Angin.

Itupun sebagian sudah mulai condong karena tanah tempat tumbuh pohon telah tergerus abrasi. Sayangnya belum ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengelola destinasi wisata yang cukup eksotis tersebut.

Pemerintah daerah belum memberlakukan retribusi bagi pengunjung karena belum adanya pengelola. Padahal dengan diberlakukan retribusi pemerintah daerah bisa membangun infrastruktur yang dibutuhkan bagi pengunjung di kedua pantai tersebut seperti jalan maupun fasilitas lainnya.

Tidak tertutup kemungkinan kedekatan dengan kota Tawau di Malaysia yang merupakan salah satu bandar besar di Negara Malaysia akan menarik minat warga negeri jiran tersebut untuk berkunjung.

Pemerintah daerah juga belum melakukan upaya menanggulangi abrasi pantai yang terjadi saat ini. Jika dibiarkan, kedua pantai yang indah di wilayah perbatasan tersebut sewaktu-waktu bisa saja menghilang karena digerus oleh lajunya abrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com