"Kami juga bersinergi dengan komunitas lain, seperti komunitas mobil VW yang bisa mengantar wisatawan keliling desa, paket outbond, naik andong, hingga arung jeram," tuturnya.
BACA: Cegah Kerusakan, Sebetulnya Berapa Kapasitas Pengunjung Candi Borobudur?
Muslih yakin dengan semangat gotong-royong masyarakat, geliat pariwisata di sekitar Candi Borobudur akan maju. Lalu, dukungan pemerintah sendiri menjadi hal penting perkembangan pariwisata. Ia sangat mengapresiasi upaya pemerintah yang turut memperbaiki infrastruktur, memberikan pembinaan dan lainnya.
Kepala Desa Borobudur, Suherman, menambahkan bahwa wisatawan kini sudah mulai memilih homestay warga di sekitar Candi Borobudur. Pada hari biasa, okupansi homestay mencapai 25 persen sedangkan pada high season bisa 100 persen.
"Musim ramai seperti hari raya Waisak, libur sekolah, summer holiday, okupansinya bisa 100 persen. Sekitar 70 persen wisatawan mancanegara (wisman), sisanya wisatawan domestik," ujarnya.
Tidak hanya homestay, kata Suherman, Desa Borobudur ke depan juga akan membangun rest area di lapangan Kujon Borobudur dan destinasi wisata alternatif menggunakan anggaran desa setempat. Seluruh pengembangan ini diharapkan akan mendukung target pemerintah untuk mendatangkan sekitar 2 juta wisman ke Candi Borobudur pada 2019 mendatang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan