Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Awas Gunung Agung, Pihak Luar Negeri Terus Pantau Situasi

Kompas.com - 26/09/2017, 08:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Associations of Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita) Bali, I Ketut Ardana mengatakan pertanyaan tentang status Gunung Agung dan dampak terhadap wisata Bali muncul rekan-rekan industri pariwisata luar negeri. Hal itu dinilai sebagai imbas peningkatan aktivitas kegunungapian Gunung Agung.

"Dampak pertama tentu banyak pertanyaan bermunculan dari baik dalam maupun luar negeri (partner para industri). Pertanyaan-pertanyaan juga datang dari individual travellers yang booking lewat online," kata Ketut saat dihubungi oleh KompasTravel, Senin (25/9/2017).

(BACA: Ini Wisata Karangasem yang Berpotensi Terkena Letusan Gunung Agung)

Ia menyebut negara-negara yang bertanya pada Asita Bali yaitu Perancis,Thailand, Singapura, Inggris, dan negara-negara lainnya.

Imbasnya, lanjut Ketut Ardana, Amerika Serikat dan Inggris sudah mengeluarkan pembaruan travel advice untuk warga negaranya yang ingin atau sedang berwisata di Bali.

(BACA: Kemenpar Tekankan Pentingnya Informasi Terkini Gunung Agung)

"Negara-negara lain, kami masih menunggu laporan dari teman-teman anggota (Asita Bali). Sesungguhnya wilayah yang sementara ini perlu dihindari adalah Kabupaten Karangaem. Delapan kabupaten atau kota lainnya cukup safe alias aman-aman saja. Jadi wisatawan tidak perlu khawatir apalagi takut datang ke Bali," jawabnya.

Suasana Desa Temukus yang terletak pada radius 2 km dari puncak gunung AgungRobinson Gamar Suasana Desa Temukus yang terletak pada radius 2 km dari puncak gunung Agung
Sementara, di tempat terpisah, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengaku mendapat banyak pertanyaan dari duta besar dan masyarakat langsung terkait kondisi keamanan Bali sebagai tempat wisata di tengah ancaman erupsi Gunung Agung.

"Mereka tanya informasi detail Gunung Agung. Memang antara bencana dan wisata itu ada kaitannya," kata Sutopo di kantornya, Jakarta, Senin (25/9/2017).

Sebelumnya, lima negara di dunia telah memperbaharui imbauan untuk warga negaranya yang tengah berada di Bali agar berhati-hati mengingat Gunung Agung sedang menunjukkan aktivitas kegunungapian.

Dari informasi yang dihimpun KompasTravel, negara-negara yang mengeluarkan imbauan resmi (travel advices) adalah Singapura, Inggris, Australia, Singapura, dan Selandia Baru.

Imbauan yang diberikan seperti bagi yang tengah berlibur di Bali untuk memantau media massa dan mengikuti instruksi otoritas setempat. Pemerintah Singapura misalnya, juga meminta warganya untuk membeli asuransi perjalanan dan kesehatan yang komprehensif.

Warga memotret asap yang mulai mengepul dari kawah Gunung Agung dari Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (19/9). Petugas pos pemantauan Gunung Agung telah mencatat tingkat kegempaan meningkat drastis dari 180 kali menjadi 366 kali dalam 24 jam terakhir.ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana Warga memotret asap yang mulai mengepul dari kawah Gunung Agung dari Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (19/9). Petugas pos pemantauan Gunung Agung telah mencatat tingkat kegempaan meningkat drastis dari 180 kali menjadi 366 kali dalam 24 jam terakhir.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas). Naiknya status ditetapkan pada Jumat (22/9/2017) malam pukul 20.30 Wita.

"Melihat perkembangan terakhir, aktivitas kegempaan vulkanik begitu tiggi dengan imi ditingkatkan statusnya dari level 3 siaga jadi 4 atau awas," ujar Kepala PVMBG Kasbaniz pada Jumat malam.

Dengan penetapan status awas maka warga, wisatawan atau pendaki diimbau tidak beraktivitas pada radius 9 km ditambah perluasan sektoral ke arah utara, tenggara dan selatan-baratdaya sejauh 12 kilometer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com