JAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Agung di Bali memang tidak temasuk tujuh gunung tertinggi di Indonesia. Meski begitu, jalur pendakiannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Di mata para pendaki Indonesia, Gunung Agung punya keunikan dan kisah tersendiri.
"Saya naik lewat Pura Pasar Agung. Jalurnya setelah melewati jalur hutan cukup 'edan'. Bebatuan terjal, unreal, dan bikin kaki pegal. Apalagi kalau dari Pura Pasar Agung, jalur ke puncak harus melipir punggungan (gunung)," tutur Meizal Rossi, salah seorang yang baru-baru ini mendaki Gunung Agung, kepada KompasTravel.
Untuk pendakian "tektok" alias tanpa kemping, Gunung Agung rupanya cukup menguras tenaga. Meizal menyebutkan bahwa di gunung tersebut tidak ada sumber air.
"Secara karakter kalderanya mirip dengan Gunung Ciremai (Kuningan, Jawa Barat)," tambahnya.
BACA: Bila Gunung Agung Erupsi, Kota Denpasar Jadi Tempat Evakuasi Wisatawan
Pendaki lain, Iwan Setiawan mengatakan bahwa hutan di Gunung Agung masih cukup rapat dan selalu diselimuti kabut pada siang hingga sore hari.
"Kalau lewat jalur Pura Agung Besakih, jalurnya nanjak terus. Kelihatan kan dari foto udara. Kawasan puncaknya tidak ada vegetasi, dominan pasir dan batu. Jalan setapak menanjak dengan beberapa puncak tipuan sebelum sampai puncak tertinggi di bibir kawah," papar Iwan yang melakukan pendakian saat Ekspedisi Cincin Api Kompas kepada KompasTravel.
Gunung Agung merupakan gunung yang paling disakralkan oleh umat Hindu di Bali. Tak heran, gunung ini dipenuhi aura mistis serta punya banyak aturan adat yang wajib dipatuhi.
Pada 2009, tim Kartini Petualang pernah mendaki Gunung Agung dari Pura Pasar Agung. Sehari sebelumnya, dilakukan upacara kecil untuk memohon izin dan keselamatan pendakian oleh pedanda (pemuka agama Hindu) di sana.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.