Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Adat Batu Poaro di Baubau, Anak-anak Pun Berebut Uang

Kompas.com - 15/10/2017, 13:06 WIB
Defriatno Neke

Penulis

BAUBAU, KOMPAS.com – Puluhan anak kecil teriak kegirangan sambil berebutan mengambil uang yang dilempar warga dari atas batu cadas di tepi laut wameo Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Sambil berebutan di atas air laut, satu per satu anak kecil memungut uang dan memasukkannya ke dalam saku celananya yang telah basah. Uang yang diperolehnya pun tidak sedikit, mulai dari uang pecahan Rp 2.000 hingga Rp 50.000.

Puluhan anak-anak berebutan mengambil uang itu merupakan bagian dari ritual Tradisi Adat Batu Poaro yang dilaksanakan masyarakat Kota Baubau, Jumat (13/10/2017).

“Hari ini untuk mengingat kembali Syekh Abdul Wahid, di mana beliau merupakan sosok penyiar agama Islam di Pulau Buton,” kata tokoh adat Baubau, La Ode Muhamad Arsal.

(BACA: Berita Foto: Tradisi Bakar Kapal Wangkang di Pontianak)

Sebelumnya, beberapa warga mengangkat talang berisikan sesajen dari masjid menuju ke tempat ritual tradisi yang berada di tepi laut Wameo.

Tak lama kemudian, beberapa lelaki yang kenakan jubah biru dan sorban putih di kepala meletakkan talang sesaji berupa makanan di atas batu tersebut.

Wali Kota Baubau, AS Thamrin bersama para tokoh lainnya kemudian turun ke tepi laut dekat batu sambil memegang batu.

Baca doa kemudian dipanjatkan. Usai baca doa, uang yang berada di atas batu kemudian direbutkan oleh puluhan anak-anak.

“Talang yang berisikan makanan itu merupakan sedekah untuk berbagi rezeki. Ini merupakan sisi sosial untuk saling berbagi kepada siapa pun,” ujarnya.

Ia menambahkan, tradisi ritual adat Batu Poaro ini muncul sejak ulama Syekh Abdul Wahid menyebarkan Islam di Pulau Buton di tahun 936 Hijriah atau 1526 Masehi.

Warga percaya bahwa Batu Poaro merupakan batu pijakan Syekh Abdul Wahid saat diusir dan menyeberangi lautan dengan sorban di kepalanya sebagai layar.

Menurut Arsal, makna sesungguhnya dari ritual adat Batu Poaro adalah membesarkan kembali kejayaan dari Syekh Abdul Wahid di tengah keberhasilannya mengislamkan Kerajaan Buton.

Seorang warga, Sandi, yang menonton tradisi tersebut mengatakan, tradisi Batu Poaro sangat bagus untuk tetap dilestarikan.

“Ini bagus dilestarikan, sehingga anak-anak mengerti bahwa dari Batu Poaro ini asal mulanya masuk Islam di Pulau Buton,” ucap Sandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com