Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuturangiana Andala, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Pulau Makasar

Kompas.com - 18/10/2017, 10:07 WIB
Defriatno Neke

Penulis


BAUBAU, KOMPAS.com - Pulau Makasar, merupakan pulau yang berada di Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Disebut Pulau Makasar karena pada abad ke 16 pulau ini didiami prajurit Kerajaan Gowa Sultan Hasanuddin yang ditawan oleh Kesultanan Buton.

Usai perang, sebagian para prajurit Kerajaan Gowa kembali ke Makassar, namun sebagian memilih untuk tetap tinggal di pulau dan menikah dengan penduduk setempat lalu mendiami pulau tersebut.

(BACA: Buang Jung, Tradisi Melestarikan Laut Masyarakat Bangka Selatan)

Saat akan memulai mencari mata pencaharian sebagai nelayan, pada abad 16 masyarakat Pulau Makasar membuat ritual Tuturangiana Andala yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Ritual Tuturangiana Andala merupakan tradisi syukuran laut yang tujuannya memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk dibuka pintu rezeki di laut. Selain itu juga ritual tersebut bertujuan menolak bala ketika saat beraktivitas di laut.

“Ini dilakukan dengan memberikan sesaji di empat penjuru mata angin di Pulau Makasar. Tradisi ini berlangsung sejak abad ke 18 hingga saat ini masih dipertahankan,” kata Ketua Adat Pulau Makasar, Armudin, Senin (16/10/2017).

(BACA: Tren 2017 Masih Wisata Bahari yang Instagramable)

Tradisi ini diawali dari puluhan laki-laki membawa empat sesajen rakit kecil yang terbuat dari bambu. Di atas rakit tersebut terdapat bendera warna merah.

Keempat rakit tersebut kemudian disimpan di depan imam dan kemudian di atasnya disimpan beraneka macam kue khas Buton, beberapa lembar daun sirih, beberapa batang rokok dan kelapa muda.

Tak lama kemudian, seekor kambing jantan disembelih, kemudian darahnya diambil dengan gelas yang terbuat dari bambu. Darah kambing tersebut kemudian diletakkan di samping rakit sesaji tersebut.

“Maknanya ketika pintu rezeki di laut dibalas dengan sebuah persembahan dari darat dengan wujud seekor kambing jantan, darahnya diambil dan disebarkan di empat titik (di laut),” ujarnya.

Keempat rakit sesaji tersebut kemudian dibacakan doa oleh Ketua Adat dan kemudian dibawa dan dinaikkan di atas empat perahu kecil.

Masing-masing perahu membawa keempat rakit sesaji dan langsung disebar menuju ke empat penjuru mata angin lautan yang dianggap keramat oleh masyarakat Pulau Makasar.

“Tuturangiana andala artinya memberikan makan kepada penguasa laut. Ini sudah berlangsung sejak abad ke 16,” ucap Armudin.

Sementara itu, Wali Kota Baubau, AS Thamrin, yang menghadiri ritual tersebut berharap agar tradisi ritual Tuturangaiana Andala terus dilestarikan.

“Kita membangkitkan nilai-nilai luhur mulai dari nilai-nilai kehidupan sampai pada nilai-nilai budaya. Ini merupakan identitas daerah kita. Orang akan mengenal daerah kita dengan ciri-cirinya dalam bentuk budaya peninggalan leluhur,” tutur Thamrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com