Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kili-kili, Hutan Mangrove Cantik di Banyuwangi

Kompas.com - 19/10/2017, 10:12 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi memiliki hutan mangrove yang cantik. Berada di Kili-kili Teluk Pangpang Muncar yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat kota Banyuwangi, tempat wisata yang berbasis konservasi ini wajib untuk dikunjungi.

Pengunjung bisa menyusuri jembatan bambu yang dibangun oleh pengelola di tengah-tengah hutan mangrove. Bukan itu saja, pengunjung juga bisa ikut menanam mangrove dan mempelajari jenis jenis fauna yang tinggal di sekitar hutan mangrove.

Saat ini terdeteksi ada lima jenis mangrove yang tumbuh berada di kawasan perairan Kili-Kili yaitu Rizhopora Apiculata, Rhizopora Mucronata, Sonneratia Alba, Ceriop Tagal dan Excoecaria Agllocha.

(BACA: Menpar: Gunung Ijen Lebih Dikenal Dibandingkan Banyuwangi)

Muhroni, ketua pengelola perairan Kili-Kili kepada Kompas.com, Minggu (15/10/2017) mengatakan jika hutan mangrove yang berada di Dusun Tegalpare, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar tersebut seluas 600 hektar.

Wilayah hutan mangrove di perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/10/2017).KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Wilayah hutan mangrove di perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/10/2017).
Pada masa penjajahan Jepang area tersebut merupakan area tambak udang hingga pada akhir 1980-an ketika bisnis tambak turun, area tersebut ditinggalkan.

Kemudian sejak tahun 2003, masyarakat berinisiatif untuk meremajakan wilayah tersebut dengan kembali menanami mangrove. Saat itu, bibit mangrove didapatkan dari mangrove yang ada di sekitar desa dan dusun tersebut.

(BACA: Berita Foto: Hutan Lord of The Rings di Banyuwangi)

"Sebagian lahan masuk wilayah taman nasional, dan sebagian lainnya adalah lahan masyarakat. Peremajaan mangrove rutin dilakukan hingga hari ini. Sayang jika dibiarkan terbengkalai," kata Muhroni.

Kemudian sejak 6 bulan terakhir, masyarakat sekitar berinisiatif menjadikan tempat wisata yang berbasis konservasi dengan membuat jembatan bambu di sela-sela hutan mangrove serta membuat panggung-panggung kecil di tengah hutan yang bisa digunakan bersantai oleh pengunjung.

Panggung kecil di hutan mangrove perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jatim, yang bisa digunakan untuk bersantai.KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Panggung kecil di hutan mangrove perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jatim, yang bisa digunakan untuk bersantai.
Semuanya dibuat dari bahan bambu dan kayu agar ramah lingkungan. Selain itu, di jalur trekking juga diletakkan informasi tentang jenis-jenis mangrove dan fauna yang ada di sekitar perairan Kili-KIli.

Selain itu juga ada enam warung yang dikelola oleh ibu-ibu nelayan untuk melengkapi tempat wisata berbasis konservasi tersebut. Menariknya, mereka juga mengelola sendiri sampah yang dihasilkan.

"Seminimal mungkin menekan jumlah sampah yang dihasilkan. Setiap warung juga bertanggung jawab dengan sampahnya. Masyarakat yang datang juga diedukasi agar membuang sampah pada tempatnya yang sudah disediakan sepanjang jalur trekking selalu dingatkan," kata Muhroni.

Walaupun jumlah pengujung tidak begitu banyak, perairan Kili-Kili saat ini dikelola oleh 25 warga pesisir yang tinggal di wilayah Dusun Tegalpare.

Jalur tracking di hutan mangrove perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Jalur tracking di hutan mangrove perairan Kili Kili Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.
Ia mengakui, ada perubahan yang dirasakan oleh masyarakat sejak mangrove di perairan tersebut tumbuh subur.

Salah satunya adalah hasil tangkapan ikan oleh nelayan lebih banyak termasuk juga tangkapan kepiting, rajungan dan juga udang. Belum lagi. ibu-ibu nelayan yang mendapatkan tambahan pemasukan dari warung yang dibuka di sekitar perairan Kili-Kili.

"Wisata hanya bonus karena yang terpenting adalah konservasi. Jika akhir pekan atau tanggal merah ada sekitar 100 pengunjung yang datang. Rata-rata anak muda rombongan atau keluarga," jelasnya.

Nadine Chandrawinata Menanam Mangrove

Sementara itu, Artis peran dan model Nadine Chandrawinata (33) ikut menanam seribu bibit mangrove bersama 100 anak muda di perairan Kili Kili, Teluk Pangpang, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/10/2017).

Pada acara yang diselenggarakan Sea Soldier Banyuwangi tersebut, Putri Indonesia 2005 itu mengaku bangga bisa bergabung menanam mangrove bersama-sama dengan anak-anak muda.

Hutan Mangrove di Teluk Panggang Muncar Banyuwangi, Jawa Timur.KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Hutan Mangrove di Teluk Panggang Muncar Banyuwangi, Jawa Timur.
"Siapa bilang anak-anak muda tidak bisa mengambil peran untuk lingkungan? Mereka bisa kok. Tadi ada yang cerita jika ini pertama kali mereka mengetahui tanaman mangrove, bibit mangrove dan masuk ke rawa. Menyenangkan sekali terutama buat mereka karena ini pengalaman pertama," kata Nadine.

Dia juga mengakui jika tempat wisata berbasis konservasi seperti di perairan Kili-Kili bisa dijadikan contoh bagi tempat wisata lainnya.

"Jadi bukan hanya sekadar datang wisata terus pulang, tapi juga ada ilmu yang didapatkan. Selfie saat tanam mangrove juga bisa kan? Apalagi di sini adem, anginnya sepo-sepoi dan tempatnya cantik juga," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com