Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keripik Sare yang Tak Lekang Dikunyah Zaman...

Kompas.com - 30/10/2017, 19:16 WIB
Masriadi

Penulis

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Hujan baru saja turun, Senin (30/10/2017). Pegunungan Sare, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, dibalut kabut pekat.

Di pinggir jalan lintas Medan menuju Banda Aceh itulah, deretan pedagang keripik berjejer rapi. Sepanjang mata memandang kiri-kanan jalan hanya ada kios-kios kecil yang menawarkan aneka keripik.

Ucik (40) salah seorang pemilik kios itu sibuk memotong ubi kayu dengan mesin pemotong. Sebesar lengan orang dewasa, ubi yang sudah dikupas itu diletakkan di mesin pemotong. Lalu potongan-potongan ubi itu jatuh ke baskom penampungan.

(Baca juga : Oleh-oleh Kekinian dari Bandung, Keripik Surabi)

Matanya awas. Begitu bagian ujung ubi, dia tak meletakkannya lagi. “Mesin ini tajam. Kalau tidak hati-hati, bisa tangan kita juga terpotong he-he,” katanya penuh tawa.

Setelah itu, Ucik menghentikan pemotongan. Dia berpindah ke belanga besar penuh minyak goreng. Potongan ubi tadi dilempar ke penggorengan. Lalu, tangan kokohnya menggoyang-goyang sendok yang dimodifikasi.

(Baca juga : Ini Keripik Kentang Termahal di Dunia, Harganya Rp 145.000 Per Keping)

Hanya butuh waktu sekitar lima menit, keripik ubi itu pun matang dan siap dibungkus. Dalam sehari, menurut Ucik, dia bisa menggoreng 100 kilogram keripik. Dia menyiapkan keripik ubi kayu, keripik ubi jalar, dan keripik pisang nangka.

“Jumlah itu saya jual sampai ke kawasan Geumpang, Tangse dan Beureuenun di Kabupaten Pidie. Baru sampai di situ saja penjualan kami. Belum ke luar Aceh,” kata laki-laki yang menamai kiosnya itu dengan nama Aluer Mancang.

Pedagang sedang menggoreng keripik ubi di Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Senin (30/10/2017).KOMPAS.COM/MASRIADI Pedagang sedang menggoreng keripik ubi di Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Senin (30/10/2017).
Lokasi kios tepat berada di jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Kawasan itu masuk ke Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.

Ucik dan pedagang lainnya berjualan sejak pukul 09.00 hingga tengah malam. Terkadang, jika musim mudik atau akhir pekan, dia berjualan hingga pagi hari.

“Kalau hari biasa begini sepi. Jam 11 malam saya sudah tutup. Hari ini baru laku Rp 500 ribu," ungkapnya.

Dia tak patah arang. Jualan memang soal pasang-surut rezeki. Ucik menyadari itu. Maksimal, dalam sehari seluruh jualannya bisa sampai Rp 2 juta.

“Bagi saya, ini merawat tradisi. Keluarga kami berjualan dari tahun ke tahun, ini meneruskan tradisi. Laba, tentu ada,” kata Ucik yang enggan menyebutkan laba penjualannya.

Meski zaman terus berganti, penjualan keripik yang dikenal dengan sebutan keripik Sare itu masih stabil. “Bedanya, sekarang kami sudah memotong keripik pakai mesin. Tak pakai parutan kecil lagi. Ini lebih cepat,” katanya.

Pedagang sedang memotong keripik ubi di Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Senin (30/10/2017).KOMPAS.COM/MASRIADI Pedagang sedang memotong keripik ubi di Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Senin (30/10/2017).
Dia mengaku, pengendara sepanjang jalan itu sebagai pasar utama. “Kan dijadikan oleh-oleh. Makanya, pembelinya ada terus,” katanya.

Bagi pelancong, lanjut Ucik, keripik ini menandakan para pelancong sudah melintasi kawasan itu. Keripik ini identik dengan Sare. “Ini buat orang yang pergi atau sebaliknya ke Banda Aceh. Kalau belum beli keripik ini, belum sah sudah ke Aceh," ujarnya.

Hujan semakin deras. Ucik terus menggoreng, sedangkan sang istri sibuk membungkus hasil gorengan keripik itu. Sesekali, melayani pembeli yang singgah ke kios itu. Silakan menikmati renyahnya keripik dari kaki Gunung Seulawah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com