Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi "Kapung" Suku Saghe untuk Imam Baru di Manggarai Timur

Kompas.com - 07/11/2017, 14:50 WIB
Markus Makur

Penulis

KOMPAS.com - Hari itu, Kamis (12/10/2017), warga Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur penuh gembira.

Warga dan Umat Stasi Mesi, Paroki Santo Agustinus Mok dengan pakaian adat songke dan kebaya menunggu di pintu gerbang kampung itu untuk menyambut Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, yang sudah menerima Rahmat Imamat di Ledalero, Sabtu (7/10/2017).

Uskup penahbisan adalah Uskup Keuskupan Sorong, Papua Barat, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr.

(Baca juga : Berjemurlah di Pantai Liang Mbala, Flores, Rasakan Sensasinya...)

Kegembiraan dan kebahagiaan atas rahmat itu disambut dengan berbagai ritual adat dari Suku Saghe. Hal pertama yang dilakukan tua-tua adat Suku Saghe bersama warga Desa Ranakolong adalah menyambut Imam Baru di pintu gerbang kampung itu dengan ritual "Kepok" dengan tuak adat yang sudah simpan didalam "Tawu".

Para tetua adat di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017), dengan pakaian adat songke dan kebaya siap menyambut Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD.KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Para tetua adat di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017), dengan pakaian adat songke dan kebaya siap menyambut Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD.
Sebelum dilangsungkan "Kepok Sundung" atau sapaan penyambutan, tua adat yang sudah ditunjuk, Bernadus Jabur bersama tua-tua adat lainnya menyapa Imam Baru dengan sapaan bahasa adat Mbaen yang langsung dituturkan di pintu gerbang kampung itu.

Selanjutnya, dua anak gadis, Lilis dan Kristina Nggose mengalungkan kain selendang songke juga memakai topi adat kain songke.

(Baca juga : 3 Festival Budaya Ini Dinilai Sukses Gaet Turis Mancanegara)

Ritual adat di pintu gerbang selesai, seterusnya Imam Baru dan rombongan diarak dengan tarian Ana Jara oleh kaum perempuan dari Desa Ranakolong. Pagar betis dilakukan oleh siswa dan siswi SDI Mesi dan SMPN Mesi bersama dengan siswa dan siswi SMK Negeri Betong Torok.

Sungguh meriah ritual penyambutan karena semua orang penuh gembira atas rahmat yang diterima Imam tersebut.

Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD berada di atas mobil ketika memasuki Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD berada di atas mobil ketika memasuki Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).

Kepok di Pintu Masuk Rumah

Tua adat lainnya, Markus Turus, Aleksius Jala, Stanislaus Jani bersama orangtua Imam Baru, Fransiskus Ndolu dan Maria Goreti Ena sudah menunggu di pintu masuk rumah di Kampung Waekolong.

(Baca juga : Turis Belgia Kagumi Alam dan Budaya di Flores)

Sebelum Imam Baru itu masuk di rumah orangtuanya untuk dilangsungkan berbagai ritual adat, terlebih dahulu tua-tua adat menerimanya di pintu masuk dengan "Kepok Sundung" yakni sapaan adat dalam ritual penyambutan.

Sebuah Tawu yang berisi moke lokal sudah disediakan tua adat lainnya sebagai tanda penghargaan dan penghormatan kepada Imam Baru tersebut.

Ritual penyambutan Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Ritual penyambutan Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).
Penyambutan di pintu masuk rumah keluarga merupakan sebuah ritual dari Suku Saghe untuk menghormati dan menghargai Imam Baru atas rahmat Imamat yang diterimanya.

Ribuan warga dan umat Stasi Mesi memadati keliling rumah orangtua imam baru itu sebagai tanda kegembiraan dan kebahagiaan atas rahmat mulia tersebut.

Setelah ritual Kepok Sundung selesai dilaksanakan, selanjutkan tua-tua adat berbaur dengan kaum perempuan dari Suku Saghe melangsungkan danding dengan melingkar di halaman rumah orangtua imam baru tersebut.

Nyanyian-nyanyian adat dilantunkan oleh tua-tua adat bersama dengan kaum perempuan yang turut bergembira atas rahmat itu.

Tarian Ana Jara dari Manggarai Timur, Flores, NTT.KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tarian Ana Jara dari Manggarai Timur, Flores, NTT.
Tarian danding merupakan tarian persaudaraan, persatuan dari budaya orang Manggarai Timur untuk mensyukuri karya Tuhan dalam diri Imam baru dari kampung itu.

Kegembiraan dan kebahagiaan ditandai dengan menari danding di halaman rumah orangtuanya bersama dengan Imam Baru dan rombongan yang hadir.

Sambil melantunkan nyanyian-nyanyiaan adat dengan dialek Kolor atau Mbaeng, juga hentakkan kaki kanan dan kiri secara bergantian seirama dengan nyanyian-nyanyian tersebut.

Setelah tarian danding selesai, Imam Baru bersama rombongan masuk di dalam rumah untuk melangsungkan ritual "Kapung".

Kapung dalam bahasa Kolor adalah memangku seseorang, namun, dalama ritual ini dilakukan dengan seekor ayam jantan.

Ritual Kapung di Manggarai Timur, NTT, dengan seekor ayam jntan menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, Kamis (12/10/2017).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Ritual Kapung di Manggarai Timur, NTT, dengan seekor ayam jntan menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, Kamis (12/10/2017).
Seekor ayam jantan sebagai tanda pengukuhan dari tua-tua adat untuk menyambut Imam Baru. Seekor ayam jantan sebagai lambang bahwa tua-tua adat dari Suku Saghe memangku Imam Baru di atas paha mereka.

Ritual Kapung untk Imam Baru

Seekor ayam jantan yang disiapkan keluarga Imam Baru untuk melangsungkan ritual Kapung di rumah orangtuanya di Kampung Waekolong.

Tua adat Suku Saghe, Aleksius Jala mempersembahkan ayam jantan dengan tutur atau goet-goet bahasa Kolor sebagai tanda ucapan terimakasih dan mensyukuri rahmat Imamat yang diterima Pater Gabriel Akhir, SVD pada upacara penahbisan, Sabtu (7/10/2017) di Ledalero.

Aleksius Jala kepada KompasTravel, Kamis (12/10/2017) mengungkapkan keluarga besar Desa Ranakolong penuh bahagia atas rahmat yang diterima putra keenam dari pasangan Fransiskus Ndolu dan Maria Goreti Ena yang dengan tulus hati menerima Rahmat Imamat.

Topi songke menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Topi songke menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).
Tua adat Suku Saghe, Bernadus Jabur kepada KompasTravel menjelaskan, ritual Kapung adalah ritual menerima Imam Baru. Ritual ini juga dilaksanakan apabila ada tamu yang mengunjungi Desa Ranakolong, anak-anak lulus sekolah serta acara perkawinan.

“Kami menyambut Imam Baru dari Desa Ranakolong. Ritual ini sebagai tanda penghormatan atas rahmat Imamat yang diterimanya. Kapung berarti memangku seseorang. Jadi saat ini melaksanakan ritual Kapung bagi Imam Baru dengan seekor ayam jantan dengan tutur adat sesuai bahasa Kolor. Juga dengan sebuah Tawu yang berisi Mokel lokal di dalamnya,” jelasnya.

Mempromosikan Selendang, Tenun dan Topi Songke

Kain selendang khas Manggarai Raya sudah masuk Rekor Muri pada Sail Komodo 2013. Tenun dan topi songke sebagai identitas warga Manggarai Raya terus dipertahankan dan dipromosikan oleh warga Manggarai Raya (Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat).

Setiap upacara adat juga menyambut tamu selalu disambut dengan kain selendang, tenun songke dan topi songke. Tenun songke melambangkan penyambutan dan penerimaan tamu dengan tulus hati.

Ritual Kapung menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Ritual Kapung menyambut kehadiran Imam Baru, Pater Gabriel Akhir, SVD, di Kampung Waekolong, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/10/2017).
Jika ada tamu yang berkunjung ke kampung-kampung di Manggarai Raya selalu disambut dengan kain selendang dipadukan dengan tenun songke dan topi songke.

Geliat Pariwisata di Pulau Flores membangkitkan para penenun songke di wilayah Manggarai Raya untuk terus menenun kain khas Manggarai Raya. Bahkan saat ini binatang Komodo dipakai sebagai motif di topi Songke.

Gairah membangkitkan tenun songke di kampung-kampung Pulau Flores sangat terasa saat ini, di mana kaum perempuan Manggarai Raya terus menenun kain songke. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com