JAKARTA, KOMPAS.com – Siapa yang tak kenal Malioboro? Jalan paling ikonik di Yogyakarta ini menjadi magnet wisatawan yang berkunjung ke Kota Gudeg. Berjalan kaki di Malioboro, berwisata belanja hingga kuliner, serta window shopping menjadi aktivitas favorit di sini.
Namun adanya beberapa kasus seperti mahalnya makanan menjadikan nama Malioboro sedikit tercoreng. Salah satu contohnya adalah postingan seorang mahasiswa di Yogyakarta yang menilai bahwa harga nasi goreng kaki lima di Malioboro relatif mahal.
Baca juga : Viral, Warganet Keluhkan Mahalnya Nasi Goreng Kaki Lima di Yogyakarta
Lantas, bagaimana tanggapan dari warga asli Yogya soal santapan di sana?
Salah satu warga Jogja, Hanifa (24) mengatakan tidak mau membeli makanan di wilayah Malioboro. Sebab, makanan yang tourist-oriented di Malioboro terkenal mahal.
“Nggak mau makan di sana, karena memang di sana terkenal buat turis dan terkenal mahal. Kalau nggak bisa bahasa Jawa atau nggak medok, nanti bisa dibohongin,” ujar Hanifa saat dihubungi KompasTravel, Jumat (10/11/2017).
Hanifa menjelaskan di Yogya sendiri memang sangat kurang dalam hal transportasi umum. Sehingga, kebanyakan wisatawan hanya bisa datang ke Malioboro dan mau tidak mau bersantap di sana.
Baca juga : Akhir Pekan di Yogyakarta, Cicipi 6 Gudeg Legendaris Ini
Hanifa sendiri mengaku tidak pernah membawa temannya yang berasal dari luar kota Yogyakarta untuk makan di Malioboro. Sebab bagi dia, banyak tempat lain di Yogya yang menjual makanan dengan menu yang sama namun harganya lebih murah.
“Kalau orang Yogya kan udah tau harganya, jadi nggak ke sana. Kayak gini, kalau makan ayam sama nasi biasanya itu harganya Rp 10.000 sampai Rp 15.000 sudah sama minum. Tapi kalau harganya udah Rp 25.000 sampai Rp 40.000 sudah terhitung mahal di sini,” kata Hanifa.
Warga lainnya yang asli Yogyakarta lainnya, Satria (28) memiliki pendapat yang sama, dan mengaku jarang ke Malioboro.
“Jarang sih kalau ke Malioboro. Karena kan butuh waktu juga ke sana. Belum lagi macet, dan susah cari parkir. Di sana juga buat saya kurang nikmat untuk makan, karena terlalu ramai,” ujar Satria.
Baca juga : Yuk, Cicipi 3 Bakmi Jawa Legendaris di Yogyakarta
Bagi Satria, harga makanan yang mahal di Malioboro itu relatif.
“Kalau untuk tiap hari atau seminggu sekali sih agak berat. Soalnya masih banyak yang lebih murah dari pada di sana (Malioboro),” kata Satria.
Aji (25) yang pernah mengemban pendidikan di Yogyakarta selama kurang lebih enam tahun mengatakan jika makanan yang dijual di Malioboro tergolong mahal. Terutama untuk anak kost.
“Kalau saya pribadi hampir nggak pernah makan di Malioboro karena sudah tau range harga di Yogya. Menurut saya sih harganya kadang kurang masuk akal. Nggak sesuai dengan image Kota Yogya yang katanya kalau ‘makan di jogja harganya murah’. Nah kadang pembeli juga asal beli aja, nggak nanya dulu harganya berapa. Pas selesai makan dan mau bayar ternyata harganya ‘mencekik’ kantong pembeli. Makanya Pemkot Jogja bikin peraturan setiap warung makan lesehan di Malioboro harus mencantumkan price list supaya pembeli nggak kaget waktu mau bayar,” tambah Aji.
Menurut dia, harga makanan yang disebut-sebut mahal sebenarnya tidak masalah asal tertulis dan diinformasikan ke pembeli. Hingga saat ini, sepengetahuan Aji, warung-warung di Malioboro sudah mencantumkan daftar menu dan harga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.