Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/11/2017, 12:25 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

WAKATOBI, KOMPAS.com - Satu kali dalam seumur hidup, setiap perempuan masyarakat Wakatobi akan melalui prosesi Kansoda'a ketika beranjak dewasa. Prosesi adat ini biasanya diadakan satu tahun sekali setelah Hari Raya Lebaran.

Mereka didandani dengan pakaian adat, lengkap dengan aksesoris berwarna cerah dan didominasi warna emas. Kepala mereka dihiasi dengan hiasan seperti mahkota yang terbuat dari berbagai jenis bunga dan bulu burung.

(Baca juga : Meriahnya Parade Budaya Bahari di Wakatobi)

Selama prosesi berlangsung, dua sampai empat perempuan belia duduk di atas tandu kayu berukuran besar dan diarak keliling kampung.

Puluhan saudara laki-laki sang perempuan bertugas menjadi pengangkat tandu. Sepanjang jalan mereka akan bernyanyi dan berteriak-teriak untuk menarik perhatian para tetangga.

(Baca juga : Keindahan Wakatobi Membuat Penasaran Turis China)

Tak hanya itu, mereka juga mengguncangkan tandu tersebut ke segala arah seakan bobot tandu seringan kapas. Sementara perempuan yang mereka angkat tidak boleh menunjukkan rasa takut sebagai simbol kedewasaan mereka.

Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuban Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuban Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara itu kaum perempuan yang masih memiliki hubungan keluarga menari sambil menyanyi di sekeliling perarakan.

Saya beruntung bisa menyaksikan prosesi Kansoda'a saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuhan Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Seorang warga Pulau Wangi-Wangi yang saya temui mengungkapkan bahwa prosesi adat Kansoda'a adalah kebiasaan yang dilakukan oleh setiap keluarga di Wakatobi, terutama keluarga yang memiliki anak perempuan.

Kansoda'a menyimbolkan kebanggaan keluarga Wakatobi memiliki anak perempuan yang beranjak dewasa. Para orang tua ingin menunjukkan anak perempuan kebanggaan mereka telah tumbuh dengan baik.

Selain itu, kata dia, prosesi itu juga menjadi ajang bagi para pemuda Wakatobi untuk unjuk kekuatan.

Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuhan Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuhan Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Pasalnya mereka harus menggotong tandu yang berisi dua hingga empat perempuan sejauh puluhan kilometer. "Nah bisa lihat sendiri kan laki-laki Waktobi itu sekuat kuda," ujarnya sambil terkekeh.

Meski terkenal sebagai salah satu tujuan wisata selam, ternyata Wakatobi juga memiliki berbagai adat istiadat dan kearifan lokal yang menarik untuk dieksplorasi.

Saat berkunjung ke Wakatobi, anda bisa mengunjungi empat pulau besar, yakni Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.

Pulau Tomia punya beberapa tradisi budaya asli. Ada pesta adat Safara yang diselenggarakan setiap bulan Safar dalam penanggalan Islam.

Juga tradisi Bose-Bose, yaitu melarung perahu berwarna-warni yang diisi dengan sajian masakan tradisional seperti liwo.

Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuhan Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Kansodaa, prosesi adat masyarakat Wakatobi yang digelar saat perhelatan Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017 atau Wakatobi WAVE 2017 yang berlangsung pada 11 hingga 13 November 2017 di pelabuhan Panggulubelo, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Prosesi pelarungan dimulai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku sampai ke Selat One Mobaa. Sepanjang perjalanan itu dilakukan prosesi sambil menabuh gendang.

Ada pula tari Sajo Moane, tarian sakral yang dilakukan oleh kaum laki–laki, serta tari Saride, yang melambangkan makna persatuan dan kebersamaan.

Jadi, jika anda berkunjung ke Wakatobi, jangan lupa untuk mengenal kekayaan budaya dan adat istiadat di surganya para penyelam itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com