Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Kabar London Hari Ini? (2)

Kompas.com - 19/11/2017, 17:36 WIB
Caroline Damanik

Penulis

LONDON, KOMPAS.com

6 November 2017

Suasana kamar pagi ini terasa lebih dingin dibanding hari kemarin. Saya masih bersembunyi di balik selimut padahal saya sudah mengenakan long john, pakaian dalam dari bahan wol atau bahan berbulu lain yang lembut dan hangat yang biasa dipakai kala musim dingin, kaus plus sweater dan tak lupa kaus kaki wol favorit saya yang selalu saya bawa selama bepergian ke luar negeri.

Bisa jadi karena udara hari ini bakal lebih dingin. Bisa jadi karena badan saya kurang enak karena saya kurang tidur karena masih mengalami “jetlag”. Malam sebelumnya saya tidur jam 00.00 waktu setempat lalu bangun jam 02.30 dan tak bisa tidur lagi.

Saya bergegas mandi dengan air hangat supaya saya merdeka dari rasa kantuk dan belenggu dingin. Saya lalu mengenakan atasan lurik hitam putih berlengan pendek, plus kaus wol lengan pendek sebagai lapisan di dalamnya, dan bawahan hitam plus celana long john.

Pagi ini saya berencana sarapan lebih cepat. Di tengah udara dingin di negeri orang, bagi saya, makan secukup-cukupnya adalah pelarian terbaik. Toh, sebagai traveller di negeri orang, kami mengandalkan jalan kaki dan naik turun tube, kereta bawah tanah kebanggaan London. Kalori yang masuk dan keluar bakal impas.

“Enggak bakal kedinginan nanti?” tanya Bianka Syarief, staf Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang mendampingi kami dalam perjalanan ke London, ketika melihat kostum saya.

“Sepertinya enggak. Bawa coat juga,” jawab saya sebelum dia keluar dari The Grosvenor Arm, restoran di The Grosvenor Hotel, tempat kami menginap di 101 Buckingham Palace Rd, London.

Di sela menikmati english breakfast pagi itu, Bianka kembali mengingatkan bahwa pagi ini udara di London lebih dingin dari kemarin. Sekitar 3 derajat pada pagi hari sekitar jam 05.00. Hah?

(Baca dulu: Apa Kabar London Hari Ini? (1))

 

Jika berkunjung ke negara empat musim dalam suasana musim gugur dan dingin, pastikan membawa sepaket pakaian ini, yaitu jaket tebal atau coat, sweater atau pakaian berbahan tebal, long johns, beanie atau topi hangat semacam kupluk dan biasanya berupa rajutan, syal, sarung tangan, penutup telinga, kaus kaki tebal dan sepatu boot atau sneakers.KOMPAS.com/Caroline Damanik Jika berkunjung ke negara empat musim dalam suasana musim gugur dan dingin, pastikan membawa sepaket pakaian ini, yaitu jaket tebal atau coat, sweater atau pakaian berbahan tebal, long johns, beanie atau topi hangat semacam kupluk dan biasanya berupa rajutan, syal, sarung tangan, penutup telinga, kaus kaki tebal dan sepatu boot atau sneakers.

Saya pun memutuskan kembali ke kamar, mengganti kostum hari ini, mengenakan kembali long john lalu sweater sebagai luaran dan tidak lupa membawa coat.

Untuk menghadapi cuaca dingin di negeri orang, saya kerap disarankan untuk mengenakan pakaian berlapis-lapis daripada satu pakaian tebal yang biasanya dipikir bakal membuat tubuh hangat terus-menerus.

Jika berkunjung ke negara empat musim dalam suasana musim gugur dan dingin, pastikan membawa sepaket pakaian ini:
- jaket tebal atau coat
- sweater atau pakaian berbahan tebal
- long johns (is a must!)
- beanie atau topi hangat semacam kupluk dan biasanya berupa rajutan
- syal
- sarung tangan
- penutup telinga
- kaus kaki tebal dan sepatu boot atau sneakers

Akan lebih baik jika semua berbahan wol. Niscaya perjalanan Anda aman sentosa, merdeka dari sensasi membeku.

***

Stand on the right. Ada kebiasaan di London, di mana pun naik dan turun eskalator, biasanya di stasiun tube, berdirilah di sisi kanan jika tak ingin berjalan. Karena pergerakan warga London sangat cepat, sisi kiri biasanya digunakan orang-orang yang buru-buru ingin tiba di atas atau di bawah dengan berjalan meski eskalator tetap bergerak. KOMPAS.com/Caroline Damanik Stand on the right. Ada kebiasaan di London, di mana pun naik dan turun eskalator, biasanya di stasiun tube, berdirilah di sisi kanan jika tak ingin berjalan. Karena pergerakan warga London sangat cepat, sisi kiri biasanya digunakan orang-orang yang buru-buru ingin tiba di atas atau di bawah dengan berjalan meski eskalator tetap bergerak.
Kami berjalan menuju Victoria Underground Station, stasiun tube terdekat dari hotel kami pagi itu. Saya sudah mulai terbiasa naik dan turun di eskalator-eskalator panjang di stasiun tube di London. Saya juga sudah mulai terbiasa pula berdiri di sisi kanan jika ingin diam menunggu mesin membawa saya sampai atas atau bawah.

Ya, ada kebiasaan di London, di mana pun naik dan turun eskalator, berdirilah di sisi kanan jika tak ingin berjalan. Karena pergerakan warga London sangat cepat, sisi kiri biasanya digunakan orang-orang yang buru-buru ingin tiba di atas atau di bawah dengan berjalan meski eskalator tetap bergerak.

Di sisi kanan atau kiri eskalator biasanya ada tulisan “stand on the right” bersamaan dengan peringatan “no smoking”, dilarang merokok, untuk mengingatkan para pendatang menghormati kebiasaan itu.

Menuju Buckingham Palace

Kami memilih jalur District and Circle lines karena berencana menuju Westminster Underground Station. Ada beberapa pintu gerbang di stasiun ini, antara lain pintu keluar yang paling dekat ke Sungai Thames dan yang paling dekat ke Great George Street. Begitu keluar dari kedua gerbang ini, Anda bisa sama-sama langsung melihat kemegahan Big Ben.

Sayang saat kami datang; saya, Erna Mardiana, Sarah Azka dan Nino Fernandez yang datang ke London atas undangan Garuda Indonesia dan British Embassy; Big Ben sedang menjalani renovasi. Kemegahan wujud jam raksasa dan kerangka menaranya tidak tampak lagi tertutup peralatan konstruksi.

(Baca juga: 14,5 Jam Terbang Langsung dari Hangatnya Jakarta ke Romantisnya London)

Renovasi baru saja dimulai pada Agustus 2017. Lonceng Big Ben yang seberat 14 ton itu tidak lagi berdentang seperti biasanya, meski ada wacana tetap akan berbunyi pada acara-acara besar, seperti perayaan Tahun Baru. Renovasi sendiri direncanakan baru akan rampung pada tahun 2021.

Namun, tujuan kami sebenarnya bukan Big Ben. Kemarin kami sudah mampir ke tempat ini dan sudah foto-foto dari berbagai sudut, termasuk di depan red telephone box, salah satu ikon Kota London yang wujudnya masih terpelihara dengan baik, terutama di kawasan Westminster.

Hari ini kami ingin menyaksikan upacara changing of the guard, upacara pergantian pasukan pengawal di Buckingham Palace, kediaman resmi Ratu Inggris, Queen Elisabeth II. Upacara pergantian biasanya berlangsung setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu, sekitar pukul 11.00 WIB.

Pintu hitam jauh di balik gerbang besar ini terdapat pintu bernomor 10 atau yang dikenal dengan nama 10 Downing Street, kantor Perdana Menteri Inggris. Kantor dan tempat tinggal yang sudah dibangun sejak tahun 1735 ini merupakan tempat perdana menteri dari masa ke masa mengendalikan urusan negara dan menghasilkan berbagai keputusan yang menentukan nasib Inggris. KOMPAS.com/Caroline Damanik Pintu hitam jauh di balik gerbang besar ini terdapat pintu bernomor 10 atau yang dikenal dengan nama 10 Downing Street, kantor Perdana Menteri Inggris. Kantor dan tempat tinggal yang sudah dibangun sejak tahun 1735 ini merupakan tempat perdana menteri dari masa ke masa mengendalikan urusan negara dan menghasilkan berbagai keputusan yang menentukan nasib Inggris.

Kami menyusuri Parliament Street dan melewati gerbang besar yang di dalamnya terdapat pintu bernomor 10 atau yang dikenal dengan nama 10 Downing Street, kantor Perdana Menteri Inggris, tempatnya mengendalikan urusan negara.

Tempat ini sangat penting karena dari kantor yang sudah dibangun sejak tahun 1735 inilah muncul berbagai keputusan yang menentukan nasib Inggris. Sejumlah tokoh politik Inggris pernah tinggal dan berkantor di 10 Downing Street, sebut saja Robert Walpole, Pitt the Younger, Benjamin Disraeli, William Gladstone, David Lloyd George, Winston Churchill hingga Margaret Thatcher.

Kami lalu memacu langkah lebih cepat karena 20 menit lagi adalah pukul 11.00, sedangkan Buckingham Palace masih sekitar 1,3 kilometer lagi. Menurut Google Maps, dengan berjalan kaki, kami bisa mencapai Istana dalam waktu 16 menit via The Mall dan Horse Guard Road.

The Mall adalah jalan kerajaan yang membentang lurus dari Admiralty Arch di seberang Trafalgar Square hingga bundaran di halaman depan Buckingham Palace.

Jalan yang dicat berwarna merah kecoklatan ini didesain oleh Sir Aston Wb sebagai bagian dari peringatan terhadap Ratu Victoria, berikut monumen Ratu Victoria di tengah bundaran di depan Buckingham Palace dan halaman depan istana. Sisi kanan dan kiri jalan ditumbuhi pepohonan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com