Saya sempat berbincang dengan salah satu teman saya, Lulu, untuk berhenti dan sesaat menengok ke belakang.
"Nggi, kita udah sampai di titik 100 meter, liat di belakang pemandangannya bagus banget," kata Lulu.
(Baca juga : Menjajal Via Ferrata Tertinggi di Asia Tenggara)
Saya pun segera membalikan badan dan melirik apa yang ada di belakang.
"Waahh Lu, bagus banget asli. Foto dulu doooooong," jawab saya.
Pemandangan yang begitu indah, membuat saya takjub. Terlihat Waduk Jatiluhur, hamparan sawah yang hijau, lalu juga terlihat bebatuan besar yang tampak kecil dari ketinggian berada di sekitar rumah penduduk. Saya tak lupa juga abadikan dan unggah langsung ke media sosial kami.
Walaupun terpapar terik matahari, saya pun terus melanjutkan perjalanan. Singkat cerita saya sampai di titik tinggi tebing 200 meter dan berhenti untuk beristirahat sejenak. Untuk sampai titik ini, saya menempuh selama sekitar 1,5 jam.
(Baca juga : Hotel Gantung di Purwakarta, Bagaimana Faktor Keamanannya?)
Perjuangan yang tak sia-sia, di tempat peristirahatan tersebut di ujungnya ada sebuah bongkahan batu. Dari tempat tersebut, saya bisa melihat dengan jelas pemandangan Waduk Jatiluhur yang begitu luas, dan beberapa gunung yang terlihat.
Hari sudah sore. Suara gemuruh pertanda hujan akan turun terdengar. Saya pun bergegas melanjutkan perjalanan.
(Baca juga : Ada Hotel Gantung, Pemkab Purwakarta Akan Maksimalkan Potensi Wisata Gunung Parang)
Medan yang ditempuh pun bagi saya cukup sulit dilalui. Sebab, selain harus konsentrasi menjaga keselamatan diri, tebing pun mulai sulit untuk di panjat karena terlalu curam dan banyak kelokan.
Tak patah semangat, perlahan tapi pasti saya tetap memanjat sambil beberapa kali mengehela napas. Beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga sambil memandang keindahan alam Purwakarta dari Tebing Gunung Parang.
Sambil gemetar, karena ini memang pengalaman saya pertama kali berada di ketinggian tersebut. Jantung terasa berdebar. Sempat saya agak kesulitan untuk bergerak menuju hotel. Tak jarang kaki saya membentur tebing batu.
(Baca juga : Mau Coba Via Ferrata? Catat Transportasi Menuju Gunung Parang)
"Semangat, Nggi. Anggi pasti bisa," kata Lulu.
Akhirnya, saya pun berhasil untuk sampai dengan waktu tempuh kurang lebih tiga jam untuk memanjat hingga hotel gantung sekitar pukul 18.00 WIB.
Tidur di hotel gantung
Sesampainya di hotel, saya naik ke atas hotel dan masuk melalui pintu yang ada di atap hotel. Saya turun dari sisi atas hotel menggunakan tangga yang tersedia di dalam kamar.
"Wah, kok bisa ada fasilitas yang lengkap di hotel gantung seperti ini," pikir saya begitu masuk kamar.
(Baca juga : Via Ferrata, dari Italia Sampai ke Gunung Parang)
Saya pun takjub melihat fasilitas dan keadaan hotel. Tak bisa membayangkan bagaimana caranya hotel tersebut bisa bediri kokoh. Bahkan saya bisa tidur di dalamnya.
Kamar tersebut bisa diisi oleh enam orang. Namun, idealnya kamar hotel diisi oleh empat orang. Sebab, di dalam kamar hanya tersedia empat single bed lengkap dengan bantal dan selimut.