Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kyushu Famtrip, Kuil Aoshima dan Fenomena “Papan Cuci Raksasa”

Kompas.com - 22/11/2017, 09:05 WIB
Pascal S Bin Saju

Penulis

MIYAZAKI, KOMPAS.com - Matahari baru saja meninggalkan puncaknya. Namun, sinarnya masih terasa menyengat ketika kami melangkah ke pesisir kota Miyazaki di Pulau Kyushu, Jepang, Senin (21/11/2017) pukul 14.30 waktu setempat.

Tujuan tur wisata kali ini adalah sebuah pulau kecil bernama Aoshima, yang berjarak sepelempar batu dari bibir selatan pantai Miyazaki, ibu kota Perfektur Miyazaki.

Pulau Aoshima dihubungkan oleh jembatan Yayoi dari kota Miyazaki di Kyushu selatan. Ada dua obyek yang biasanya dijadikan daya pikat untuk wisatawan lokal maupun mancanegara, yakni “papan cuci raksasa” dan kuil Aoshima.

(Baca juga : Restoran Ramen dan Udon Terkenal yang Wajib Dikunjungi di Kyushu)

Ketika menginjakkan kaki di jembatan Yayoi, pemandu wisata kami bernama Hiroyuki Takeshita spontan mengatakan, “Lihat, itulah formasi bebatuan yang disebut dengan ‘oni no sentakuita’ atau ‘papan cuci raksasa’.”

Papan cuci raksasa? Apakah itu? Bibir pantai Aoshima tidak berpasir putih seperti yang dibayangkan. Pulau itu justru dikelilingi formasi bebatuan yang disebut “papan cuci raksasa” atau juga disebut “papan cuci iblis” itu.

(Baca juga : Menikmati Wisata Salju di Yeti Snow Resort Jepang)

Mengapa formasi bebatuan itu disebut “papan cuci raksasa”? Sebenarnya tidak ada penjelasan yang bisa masuk akal, kecuali hanya berdasarkan cerita yang dituturkan turun-temurun.

Di sekitar pulau itu berserakan bebatuan yang memanjang tampak seperti papan-papan raksasa. Konon formasi bebatuan itu dahulu digunakan oleh sesosok makhluk hidup yang besar, kuat, jahat, dan menakutkan untuk membilas atau mencuci.

(Baca juga : Tak Perlu ke Jepang, Restoran Khas Nagasaki Ada di Jakarta)

Takeshita mengatakan, makhluk tersebut adalah seorang laki-laki raksasa yang memiliki mata besar dan menakutkan, berambut kriting dan gondrong, punya taring dan kuku-kuku yang panjang dan tajam, dengan hanya mengenakan cawat dari kulit harimau.

Namun, menurut Takeshita melalui penerjemahnya Aldi Japz, sosok raksasa itu sebenarnya tidak pernah ada. Kecuali karena formasi bebatuan yang panjang menyerupai papan raksasa itulah makanya disebut “papan bilas raksasa” atau “papan bilas iblis”.

Papan bilas raksasa atau papan bilas iblis di Pulau Aoshima, Miyazaki, Jepang, tidak lain adalah formasi bebatuan alamiah.Kompas.com/Pascal S Bin Saju Papan bilas raksasa atau papan bilas iblis di Pulau Aoshima, Miyazaki, Jepang, tidak lain adalah formasi bebatuan alamiah.
Hal yang pasti, di pulau itu sejak ratusan tahun silam telah dibangun sebuah kuil yang disebut kuil Aoshima. Dahulu, Aoshima adalah sebuah pulau terlarang untuk umum. Hanya orang-orang tertentu, terpilih, atau yang dianggap suci boleh masuk ke sana.

Menurut Takeshita, pada Zaman Edo (1603-1867) atau awal zaman modern di Jepang, pulau dibuka untuk umum. Banyak pasangan muda Jepang datang ke kuil kuno tersebut.

Mereka berdoa memohon perlindungan dari "en musubi no kamisama" atau dewa pernikahan. Pasangan muda yang baru menikah datang berdoa agar pernikahan mereka diberkati.  

Saat ini, setiap tahunnya setidaknya 70 juta pelancong mengunjungi kuil Dewa Pernikahan tersebut. Tidak saja pasangan muda-mudi, tetapi pasangan yang telah menikah, atau yang ingin mendapatkan jodoh atau keberuntungan selalu datang ke sana.

Di kuil kecil, pengunjung bisa membeli piringan hitam yang dapat dilempar ke target untuk pembawa keberuntungan. Di sini nasib Anda, pekerjaan, kesehatan, cinta, dan kondisi keuangan Anda bisa diramalkan.

Pulau ini dirimbuni hutan subtropis dengan luas 1,5 km2. Ada lebih dari 200 jenis tanaman tumbuh di sana dan dijadikan monumen alam khusus. Pulau ini dijuluki sebagai salah satu daerah paling utara untuk tanaman subtropis di belahan bumi utara.

Tanaman subtropis seperti pohon palem, pakis, dan tanaman lain tumbuh padat di seluruh pulau. Tanahnya tampak subur.

Fenomena geologi yang disebut “papan cuci raksasa” atau “papan cuci iblis” tadi dapat terlihat ketika gelombang rendah, dan akan tertutup pada saat air pasang.

Kuil kuno Aoshima di Pulau Aoshima, Miyazaki, Jepang. Sekitar 70 juta wisawatan datang ke kuil ini setiap tahunnya.Kompas.com/Pascal S Bin Saju Kuil kuno Aoshima di Pulau Aoshima, Miyazaki, Jepang. Sekitar 70 juta wisawatan datang ke kuil ini setiap tahunnya.
Batuan basal tampak berjejer dan tertata seperti buatan seorang manusia. Padahal sesungguhnya batuan itu terbentuk secara natural akibat kikisan ombak, dapat ditemukan lebih jauh lagi sebelah selatan sepanjang pesisir Nichinan.

Sedangkan kota Miyazaki adalah ibu kota Prefektur Miyazaki, bagian selatan Pulau Kyushu, dan dikenal dengan pantai indah, yang berhadapan ke Samudera Pasifik.

Dengan angkutan umum, stasiun Aoshima JR adalah stasiun terdekat di Miyazaki yang digunakan untuk mencapai Aoshima.

Dari stasiun itu wisatawan dapat berjalan ke sana dalam waktu sekitar 10 menit. Dengan mobil, Anda dapat tiba dalam waktu 25 menit dari stasiun Miyazaki.

Tidak ada biaya parkir atau pungutan biaya pada hari-hari biasa kecuali, pada hari libur di mana pengunjung ramai. (PASCAL S BIN SAJU, dari Miyazaki, Jepang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com