Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Cocok Dikoleksi, Cangkir Starbucks ala Zaman Edo dari Jepang

Kompas.com - 26/Nov/2017, 19:21 WIB
Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.
Lihat Foto
Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.

KOMPAS.com - Starbucks telah merilis sebuah cangkir baru bernama “Coffe-Wan Mikawachi177ml” edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai yang terletak di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki.

Jimoto made merupakan sebuah proyek yang bertujuan untuk memperkenalkan industri dan karakter penduduk setempat dengan melalui karya-karya yang dibuat dengan menggunakan teknik tradisional dari suatu daerah tertentu dan dijual di cabang tempat karya tersebut diproduksi. Proyek ini telah dimulai sejak 2015 lalu.

(Baca juga : Kolektor Mug Starbucks Wajib ke Jepang!)

Untuk membuat cangkir ini, Starbucks bekerja sama dengan Kasengama yang merupakan toko yang menjalankan bisnis pembuatan porselen sejak zaman Edo.

Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.
Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.
Kali ini cangkir dibuat dengan menggunakan teknik yang pertama kali digunakan untuk membuat cangkir khusus kopi di Jepang, Mikawachi-yaki, dengan desain yang disesuaikan dengan tren masa kini.

(Baca juga : Wajib Coba, Burger dengan Cita Rasa ala Jepang)

Teknik Mikawachi-yaki atau Hirado-yaki sendiri merupakan teknik pembuatan porselen yang berasal dari Kota Sasebo, dan selama sekitar 420 tahun menjadi satu-satunya teknik tradisional yang digunakan untuk membuat keramik berkualitas tinggi dengan ukiran yang halus, lekukan yang dibentuk dengan tangan, dan porselen yang dibuat tipis.

Untuk menonjolkan keunikan dari bentuk cangkir, motif cangkir dibuat sesederhana mungkin. Cangkir dibuat berwarna putih dengan motif garis berwarna biru yang menggambarkan laut Sasebo pada bagian pinggir dan bawah cangkir.

Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.
Starbucks merilis sebuah cangkir baru bernama Coffe-Wan Mikawachi177ml edisi Jimoto Made pada 13 Oktober 2017. Cangkir ini hanya dijual di Starbucks cabang Sasebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai di Kota Sasebo, prefektur Nagasaki, Jepang.
Ada juga motif jangkar di bagian dalam cangkir, serta motif ikan paus yang berenang di laut di bagian tengah tatakan.

Tidak lupa di bagian bawah cangkir diberi tulisan “Starbucks”, “Kasengama” yang memproduksi cangkir, dan “Sasebo” yang menjadi lokasi cangkir ini dibuat.

Coffee-Wan Mikawachi177ml
Masa Penjualan: Mulai 13 Oktober 2017 hingga waktu yang belum ditentukan
Harga: 6.600 Yen (termasuk pajak)
Lokasi Penjualan: Starbucks Coffe cabang Sassebo-Yonkacho dan Sasebo-Gobangai

Provided by Japan Walker™, Kyushu Walker™  (10 Oktober, 2017)

Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.