Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaran Goyang dari Mantra hingga Menjadi Tari dan Lagu

Kompas.com - 29/11/2017, 08:12 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - "Apa salah dan dosaku, sayang. Cinta suciku kau buang-buang. Lihat jurus yang kan kuberikan. Jaran goyang, jaran goyang..."Lirik lagu Jaran Goyang yang dibawakan oleh penyanyi dangdut Nella Karisma sangat populer di kalangan masyarakat.

Lagu itu bukan hanya diputar di radio dan televisi namun juga menjadi lagu yang wajib dinyanyikan di acara hajatan.

Namun tidak banyak yang mengetahui jika Jaran Goyang adalah salah satu nama mantra pengasihan yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Hasnan Singodimayan (86), budayawan Banyuwangi kepada Kompas.com, Senin (27/11/2017) menjelaskan jika nama Jaran Goyang adalah mantra yang menjadi bagian dari sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Suku Osing Banyuwangi.

(Baca juga : Asyik! Jalan-jalan Gratis di Banyuwangi, dari Jawatan hingga Grajagan)

Menurut laki-laki kelahiran Banyuwangi, 17 Oktober 1931, berbeda dengan masyarakat Jawa lainnya yang hanya mempercayai ilmu hitam untuk menyakiti dan ilmu putih untuk menyembuhkan, masyarakat Osing mempercayai adanya empat ilmu yaitu, ilmu merah, ilmu kuning, ilmu hitam, da ilmu putih.

"Ilmu merah ini berkaitan dengan perasaan cinta, ilmu kuning tentang jabatan, ilmu hitam untuk menyakiti dan ilmu putih untuk menyembuhkan. Nah Jaran Goyang ini masuk dalam kategori ilmu merah atau dikenal dengan santet," jelas Hasnan.

(Baca juga : Mampir ke Banyuwangi, Wajib Cicipi 5 Kuliner Ini)

Hasnan dengan tegas mengatakan santet bukanlah ilmu yang menyakiti atau membunuh tapi merupakan akronim dari "mesisan gantet" yang berarti sekalian bersatu atau bisa juga "mesisan bantet" atau sekalian rusak.

Hal ini merujuk dari fungsi sosial mantra santet Jaran Goyang untuk menyatukan dua orang agar bisa menikah atau memisahkan kedua orang yang mencintai agar bisa menikah dengan pasangan pilihan keluarganya.

"Saat Kerajaan Blambangan diambang kehancuran, rakyatnya terpisah dan agar keturunan mereka tidak tercampur, mereka menikah dengan dasar kekerabatan. Biasanya kan ada yang saling suka tapi ternyata nggak disetujui oleh orang tua. Nah di sini fungsi mantra Jaran Goyang untuk menyatukan mereka. Niatnya baik. Bukan untuk hal-hal yang nggak jelas. Ini adalah ilmu pengasihan," ungkap penulis buku novel "Kerudung Santet Gandrung" tersebut.

Slamet Menur (75)) salah satu pencipta tari Banyuwangi yang sempat menarikan tari Jaran Goyang pada tahun 1966KOMPAS.COM / Ira Rachmawati Slamet Menur (75)) salah satu pencipta tari Banyuwangi yang sempat menarikan tari Jaran Goyang pada tahun 1966
Selain Jaran Goyang, ada beberapa mantra lain yang berkaitan dengan hubungan asmara seperti Kucing Gorang dan kebo bodoh. Nama-nama mantra ilmu merah yang berkaitan dengan asmara, memang paling banyak menggunakan binatang liar yang menjadi peliharaan.

Namun, menurut Hasnan, di antara banyaknya mantra pengasihan, mantra Jaran Goyang yang paling ampuh. "Nggak perlu waktu lama, kalau sudah dirapalkan bisa langsung jatuh cinta," katanya sambil tersenyum.

Ia juga menjelaskan nama Jaran Goyang diambil dari perilaku kuda yang sulit dijinakkan, namun jika sudah jinak maka kuda sangat mudah dikendalikan.

"Sama dengan perasaan cinta. Awalnya susah dikendalikan tapi kalau sudah jatuh cinta bisa bisa semua baju miliknya dibawa pulang ke rumah pasangannya seperti orang gila dan memang korban terbanyak adalah perempuan walaupun tidak menutup kemungkinan laki-laki juga bisa terkena santet Jaran Goyang," kata Hasnan.

Ia menambahkan masyarakat Banyuwangi khususnya Using sangat terbuka dan tidak menutup diri. Budaya yang masuk akan diserap dan dikawinkan dengan budaya asli sehingga melahirkan budaya baru.

Selain menjadi tarian, Jaran Goyang juga menginspirasi sebuah lagu dalam bahasa Osing yang berjudul Jaran Goyang yang sempat populer pada tahun 2000-an dan dinyanyikan oleh penyanyi Banyuwangi Adistya Mayasari. "Saat itu lagu Jaran Goyang juga populer dinyanyikan di mana-mana sampai sekarang tapi menggunakan bahasa daerah Using," kata Hasnan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com