Ketika seluruh penumpang sudah naik, Ben mulai beraksi dari ruang kemudi di tengah basket. Ia mengatur Burner atau alat untuk memanaskan udara.
Tali pengikat yang terpasang di mobil kemudian dilepas. Balon udara langsung terbang meninggalkan daratan setelah tekanan udara di dalam balon ditingkatkan.
Secara perlahan, balon udara terbang semakin tinggi. Lama kelamaan, objek di daratan semakin kecil hingga sampai ketinggian 900 kaki dari permukaan tanah.
Di puncak itu lah saya tercengang melihat panorama Gold Coast.
Burner dimatikan. Tak ada lagi suara api yang membakar. Sunyi. Semua penumpang menikmati sepotong surga di sebelah tenggara wilayah Queensland itu.
Hamparan ladang dengan rumput yang hijau, persawahan, lekukan pegunungan, aliran sungai, langit biru dan matahari terbit di arah timur. Senyum kami mengembang.
Saat itu, angin tak bertiup dan udara sangat sejuk. Udara yang tak pernah ada di Jakarta. Jadi, saya terus menghirup dalam-dalam. Segar.
Semua penumpang dapat melihat objek yang sama lantaran balon udara berputar-putar secara perlahan atas kendali pilot.
Pagi itu, ada beberapa balon udara lain yang juga terbang di sekitar kami. Ada beberapa perusahaan penyedia wisata balon udara di Australia.
Tekanan udara kemudian ditambah hingga balon udara kembali terbang lebih tinggi. Sesekali, Ben melihat navigasi yang terpasang di tablet.
Setelah sekitar 45 menit mengudara, pilot kemudian bersiap untuk kembali ke titik awal terbang.
Balon udara akan turun secara perlahan ketika tekanan udara di dalam balon berkurang.
Sebelum mendarat, seluruh penumpang diminta mengikuti panduan seperti yang diajarkan sebelum terbang.
Penumpang diminta bersandar pada basket, lutut sedikit ditekuk dan berpegangan pada tali yang tepasang di depannya. Hal itu untuk berjaga-jaga jika terjadi guncangan ketika mendarat.