Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati MONA, Museum Seni yang Bikin Tasmania Dikenal Dunia

Kompas.com - 02/12/2017, 09:24 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

HOBART, KOMPAS.com - Salah satu daya tarik kota Hobart, Tasmania adalah sebuah tempat unik bernama MONA yang adalah kependekan dari Museum of Old and New Art.

MONA yang didirikan pebisnis David Walsh pada 21 Januari 2011 ini merupakan museum swasta terbesar di Australia dan digambarkan sebagai "Disneyland untuk orang dewasa".

Mengapa tempat ini disebut sebagai "Disneyland-nya orang dewasa"? Dari arsitekturnya saja MONA sudah sangat unik.

Dari luar bangunan MONA sekilas seperti sebuah gedung satu lantai. Namun, begitu pengunjung melewati pintu masuk maka tersedia tangga spiral dan lift yang mengantar turun ke tiga lantai ke ruang pamer yang luas dan berliku-liku bak labirin.

(Baca juga : Menikmati Pesona Natural Tasmania)

Ruang pamer bisa dibangun di bawah ruang utama disebabkan MONA dibangun di tebing di sekitar Semenanjung Berriedele.

Selain itu, sang pendiri museum David Walsh menginginkan sebuah bangunan yang bisa "bersembunyi" dari pengunjung ketimbang dengan gamblang menunjukkan diri.

Walsh berpendapat, situasi ruang pamer yang berada di bawah tanah dan dipenuhi labirin memberikan sebuah "sensasi bahaya" yang bisa menambah pengalaman pengunjung dalam menikmati karya seni.

Museum of Everything

Pintu masuk menuju Museum of Everything.Kompas.com/Ervan Hardoko Pintu masuk menuju Museum of Everything.
Setelah masuk dan membeli tiket, untuk orang dewasa berkisar antara 22-28 dolar Australia atau sekitar Rp 220.000-280.000 per orang, pengunjung bisa menggunakan lift atau tangga spiral untuk menuju ke lantai paling dasar.

Setelah tiba di lantai paling dasar, maka petugas museum akan memberikan sebuah perangkat semacam telepon genggam dan earphone.

Alat itu sebenarnya menjadi semacam "pemandu" sebab jika pengunjung mendekati sebuah karya seni maka dia cukup menekan tombol di benda mirip ponsel itu dan semua keterangan soal karya seni tersebut akan muncul.

Belum puas dengan keterangan tertulis, pengunjung juga bisa memilih penjelasan secara audio yang bisa didengar melalui earphone yang tersedia.

)Baca juga : Prefektur Gunma, dari Onsen sampai Museum Mainan)

Di lantai paling dasar itu, terdapat bagian yang disebut dengan nama "Museum of Everything", mengapa namanya demikian?

"Tempat ini menjadi wadah bagi berbagai karya dari mereka yang secara umum tidak dianggap sebagai seniman, tetapi memiliki kemampuan seni yang hebat," ujar Eva, seorang staf museum.

Di bagian ini, sesuai namanya "everything" memang memamerkan banyak mulai dari lukisan, patung, hingga kesenian berupa instalasi elektronik.

Seorang pengunjung MONA menyaksikan sebuah karya unik ciptaan seniman Jerman yang berjudul Bit.fall.Kompas.com/Ervan Hardoko Seorang pengunjung MONA menyaksikan sebuah karya unik ciptaan seniman Jerman yang berjudul Bit.fall.
Salah satunya adalah karya berjudul Bit.fall karya Julius Popp, seniman kelahiran Nuremberg, Jerman yang ingin menunjukkan hubungan antara manusia dan teknologi.

Bit.fall menggunakan dua siklus yang saling terkait yaitu siklus air (tanki, pompa, dan katup) dengan siklus berita di internet.

(Baca juga : Karya Seniman Indonesia Unjuk Gigi di Pameran Seni Kontemporer Terbesar Sedunia)

Air yang dikumpulkan di tangki digabungkan dengan informasi yang sudah diolah dengan sebuah program komputer yang mencari kata-kata dalam berita online yang memiliki secara statistik signifikan.

Nantinya, kata-kata yang sudah diolah itu akan muncul bersamaan dengan titik-titik air yang menetes. Pergantian kata begitu cepat, sehingga pengunjung bisa membaca tetapi kesulitan mencerna makna kata-kata itu.

Karya ini berusaha menunjukkan betapa di era internet ini berbagai informasi datang silih berganti begitu cepat sehingga mengalahkan kecepatan otak manusia untuk memprosesnya.

Mesin pencernaan manusia

Cloaca Professional, karya seniman Belgia.Kompas.com/Ervan Hardoko Cloaca Professional, karya seniman Belgia.
Tepat di atas lantai "Museum of Everything" atau di lantai B2, pengunjung akan disajikan berbagai karya seni yang tak kalah menarik meski membuat pengunjung mengernyitkan dahi.

Salah satunya adalah karya yang diberi nama Cloaca Professional karya seniman Belgia Wim Delvoye. Karya ini pertama kali dipamerkan Wim pada 2000 di Meseum Seni Kontemporer di Antwerp, Belgia.

(Baca juga : Menikmati Seni Shadowgraph di Jepang)

Karya ini menggambarkan proses pencernaan di dalam perut manusia. Mesin ini diberi asupan berupa makanan sungguhan dan suhunya dijaga seperti suhu tubuh manusia.

Melalui proses kimia dan mekanik, mesin ini akan mengeluarkan hasil akhir berupa kotoran dengan bau yang khas, sungguh unik.

Snake karya Sydney Nolan, seniman asal Melbourne.Kompas.com/Ervan Hardoko Snake karya Sydney Nolan, seniman asal Melbourne.
Satu lagi karya seni yang cukup menarik adalah sebuah mural karya seniman Australia, Sydney Nolan yang diberi judul Snake.

Mural dengan panjang total 46 meter dan tinggi sembilan meter yang dikerjakan antara 1968-1972 itu menjadi karya Nolan dengan ukuran paling besar.

(Baca juga : Ketika Seniman dan Pengunjung Berekspresi dalam Satu Ruang)

Mural ini terinspirasi mitos proses penciptaan yang dipercaya suku Aborigin yaitu "Sang Ular Pelangi".  Jika dilihat dari dekat maka terlihat "ular" ini dibuat dari serangkaian motif-motif flora dan fauna yang terkait secara khusus dengan ritual inisiasi suku Aborigin.

Secara total mural karya seniman asal kota Melbourne ini disusun dari 1.620 buah gambar-gambar berukuran normal hasil karya Nolan.

Reaksi pengunjung

Setelah puas menikmati MONA para pengunjung bisa langsung menuju pusat kota Hobart dengan menggunakan kapal feri.Kompas.com/Ervan Hardoko Setelah puas menikmati MONA para pengunjung bisa langsung menuju pusat kota Hobart dengan menggunakan kapal feri.
Apa reaksi para pengunjung museum kontemporer ini? Salah satu pengunjung bernama Liz, memberikan pendapatnya kepada KompasTravel.

"Isi dari museum ini memang bukan untuk semua orang, tetapi MONA menjadi tempat yang membuat Tasmania dikenal dunia," ujar Liz.

Pete, pemandu rombongan wisata Dwidaya Tour yang diikuti KompasTravel, mengatakan dia sudah puluhan kali datang ke MONA.

"Mungkin sudah 20 atau 30 kali saya datang ke sini. Dan, setiap kali datang saya selalu menemukan sesuatu yang baru," ujar Pete.

(Baca juga : Kelebihan Penumpang, Kapal Feri Ini Ditunda Berangkatnya)

Hal yang sama disampaikan seorang blogger wisata dan perjalanan Kenny Santana, yang pernah mengunjungi MONA lima tahun lalu.

"Ini kali kedua saya datang ke MONA, dan ada beberapa hal yang baru. Sepertinya 'Museum of Everything' dulu belum ada," kata Kenny.

Dan ternyata, keunikan MONA bisa membangkitkan minat seseorag terhadap dunia seni. Setidaknya itulah yang dikatakan presenter Indonesian Idol, Daniel Mananta.

"Saya sebenarnya bukan orang seni, tetapi melihat koleksi MONA saya amat menyukainya, karena semuanya mindblowing!" ujar dia.

Nah, selain menyajikan karya-karya seni kontemporer, MONA juga menjadi host festival musik MOFO yang digelar pada musim panas dan festival Dark Mofo yang digelar pada musim dingin.

(Baca juga : Noice Fest 2017, Festival Musik untuk Kaum Urban yang Sibuk)

Hal unik lain di museum ini adalah tersedia feri cepat bagi pengunjung yang ingin langsung menuju ke jantung kota Hobart.

Kapal feri yang nyaman ini berlayar selama 25 menit melintasi Sungai Derwent menuju kawasan Hobart Waterfront dengan ongkos sebesar 22 dolar Australia atau sekitar Rp 220.000 per orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com