Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat dari Dekat Kehidupan Suku Dayak di Lamandau Kalteng

Kompas.com - 02/12/2017, 09:40 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

Memakan tabiku lebih sedap dengan dicocol ke Sambal Lucung. Lucung di Jawa dikenal sebagai combrang. Tanaman ini banyak tumbuh juga di Kalimantan.

Sebagai lauk bersantap nasi, baik di Lopus atau Tapinbini, para tamu disodori sayur asam ikan, dan masakan ayam yang dilumuri tempuyak. Tempuyak? Ya apalagi kalau bukan makanan hasil dari fermentasi buah durian!

Selain berkesempatan menikmati santapan itu di rumah betang, pengunjung pun diajak menyaksikan cara memasak nasi dan aneka sayur dan lauknya dengan media bambu di pondok tempat berladang masyarakat setempat!

Menikmati Tantangan Alam

Mengikuti proses masak-memasak di ladang, kemudian makan di tempat itu juga menjadi sensasi sendiri. Risikonya, memang pengunjung hanya ditopang dengan fasilitas alami. Air harus mengambil ke sungai. Tidur di tenda. Tapi, konsep kunjungan ke alam ini memang dikemas begitu.

Ini sekaligus sebagai persiapan mengikuti trekking dan mendaki Bukit Bolau, salah satu bukit yang terkenal di Lamandau. Bukit ini masih alami. Di sekelilingnya terdapat ladang dan pepohonan buah-buahan yang menjadi sumber pangan masyarakat setempat. Pada musim buah, banyak orang berburu buah di sana.

Dan yang paling menarik bagi para wisatawan adalah pucuk bukit ini. Dari puncak bukit itu, kita akan seperti berdiri di atas awan. Ya, sebab di sekililing bukit gumpalan-gumpalan awan semata yang sering terlihat, dengan batas di ujung penglihatan jejeran perbukitan lainnya.

Camp peserta Famtrip di kaki Bukit Bolau, Tapinbini Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Jumat (30/11/2017). Camp ini dipersiapkan untuk pendakian.KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Camp peserta Famtrip di kaki Bukit Bolau, Tapinbini Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Jumat (30/11/2017). Camp ini dipersiapkan untuk pendakian.
Ke sanalah nilai paket mengikuti trekking dan pendakian, menjadi tantangan tersendiri. Ketinggian bukit tak seberapa, hanya sekitar 400 meter. Namun, untuk sampai ke sana memerlukan waktu hingga 3 jam. Ini lantaran rute trekking yang terjal dan di sekelilingnya masih alami.

"Ugh ini pengalaman yang menyenangkan," kata Irene Van Steenberge, pelaku tour operator dari Belanda.

Bukan hanya itu, tantangan alam lain yang ditawarkan adalah mengikuti arung jeram, di derasnya aliran Sungai Lamandau yang lebar di bawah Bukit Bolau itu. Sementara di Lopus, pengunjung disuguhi kesempatan mengikuti bamboo rafting.

Frans Evendi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau, menyatakan pihaknya mengembangkan wisata alam dan budaya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Selain itu, imbuhnya, wisata jenis ini bisa melibatkan masyarakat, melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang telah terbentuk di beberapa desa di Lamandau, sebagai pihak yang mengemas paket kunjungan itu.

Bukit Bolau di Tapinbini, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Jumat (30/11/2017), dikelilingi awan di pagi hari.KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Bukit Bolau di Tapinbini, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Jumat (30/11/2017), dikelilingi awan di pagi hari.
"Kami sudah punya paket sendiri. Itu meliputi, trekking, rafting, adat budaya, homestay, termasuk penyambutan garung pantan itu," ujar Indra Yudi, Ketua Pokdarwis Tapinbini.

Lokasi ini bisa dijangkau empat jam perjalanan darat dari Pangkalan Bun, yang bandaranya telah terkoneksi ke Jakarta, Surabaya, dan Semarang secara reguler.

Bila selama ini, orang mengenal wisata ke kawasan ini untuk melihat orangutan di Tanjung Puting, desa-desa wisata di Lamandau dengan kekayaan alam dan budayanya, bisa jadi menu tambahan dalam berwisata yang menyenangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com