Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lempah Kuning dan Martabak Tampil di Lomba Kuliner Khas Bangka

Kompas.com - 11/12/2017, 13:16 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Ajang lomba kuliner Bangka Belitung Food Festival (BBFF) yang digelar Kamis (7/12/2017) sampai Sabtu (9/12/2017), di Komplek Citraland Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, menarik antusiasme masyarakat.

Selain menghibur, festival menghadirkan berbagai kreasi, mulai dari menu lempah kuning, meracik kopi hingga mengolah martabak (hoklopan).

Nah, khusus lempah kuning, menjadi menu unggulan yang dilombakan panitia. Sebanyak 60 peserta ambil bagian dalam lomba yang dibagi dalam dua sesi tersebut. Para peserta merupakan juru masak rumah makan dan kafe yang ada di Kota Pangkal Pinang.

Menariknya, panitia lomba tidak memperkenankan peserta untuk membawa bahan-bahan masakan dari rumah.

(Baca juga : Lempah Kuning Nanas, Hidangan Andalan Kampung Halaman Ahok)

Sebagai gantinya, beberapa saat sebelum lomba dimulai, para peserta diberi sejumlah uang dan diminta berbelanja ke pasar terdekat. Komunitas ojek online setempat pun dimobilisasi guna mengangkut para peserta. Seru.

Setelah bahan-bahan masakan berhasil didapat, lomba pun dimulai. Dipandu dua master chef nasional, Eddrian Tjhia dan Desi Trisnawati, para peserta pun saling berkreasi dengan durasi waktu selama 30 menit.

(Baca juga : Kue Pelite, Kesukaan Bung Karno Saat Diasingkan ke Bangka Barat)

Peserta dengan telaten mengolah bumbu masakan tradisional seperti kunyit, lengkuas dan bawang menggunakan peralatan sederhana. Secara bersamaan kuah lempah disiapkan menggunakan kuali.

Lempah kuning merupakan jenis makanan berkuah yang berwarna kuning dengan olahan sedikit kental. Makanan ini tidak menggunakan santan dan pemanis buatan.

Guna memperkaya cita rasa, beberapa peserta menambahkan nanas, timun, tomat dan ubi kayu. Sementara untuk lauk, ada yang menggunakan ikan karang, cumi atau udang.

Waktu terasa begitu singkat, saat aneka lempah kuning akhirnya siap disajikan. Tim juri pun langsung melakukan penilaian. Panitia menyiapkan hadiah uang tunai serta tropi penghargaan bagi para pemenang lomba.

“Saya menyajikannya dalam buah nanas. Sebelumnya daging buah diambil dan diolah dengan bumbu lainnya untuk membuat kuah,” kata seorang peserta, Ica Septariyadi, seusai lomba.

Ica mengaku mulai memasak Lempah Kuning sejak masa remaja. Saat ini di usianya yang ke-28 tahun, memasak lempah kuning menjadi keahlian sekaligus tanggung jawab untuk menyajikan masakan khas itu di kafe tempatnya bekerja. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Bangka Belitung, Rivai, mengapresiasi lomba kuliner khas daerah. Kegiatan BBFF dinilai inspiratif dan inovatif.

“Kalau mengembangkan pariwisata, tak bisa lepas dari daya tarik kulinernya,” ujar Rivai yang kemudian menabuh gendang pertanda acara dimulai.

Pemerintah daerah berencana menjadikan lomba masakan khas lempah kuning sebagai agenda tahunan dalam kalender pariwisata.

Ketua DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Kepulauan Bangka Belitung, Djohan Riduan Hasan menilai, lomba memasak sebagai wujud kreativitas generasi muda yang patut didukung bersama. Djohan optimistis, pariwisata daerah berkembang jika kulinernya disukai para tamu yang berkunjung.

Yudi Sutiono, pemilik warung makan Lempah Kuning, di Jalan Muntok Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. KOMPAS.COM/HERU DAHNUR Yudi Sutiono, pemilik warung makan Lempah Kuning, di Jalan Muntok Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
“Melalui lomba diharapkan, masakan khas lempah kuning tetap lestari serta memunculkan inovasi di kalangan pelaku usaha kuliner daerah,” paparnya.

 

Usaha Keluarga

Bagi Yudi Sutiono (38), lempah kuning tidak hanya menjadi menu wajib keluarga, tapi juga menjadi lapangan usaha. Sebuah warung makan yang dibukanya di Jalan Muntok, Kelurahan Keramat Pangkal Pinang, menjadikan lempah kuning sebagai menu andalan.

“Kami menyajikan lempah kuning daun kedondong. Isinya bisa ikan atau daging sesuai pesanan pengunjung,” kata Yudi saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (9/12/2017).

Warung milik Yudi dibuka sejak lima tahun lalu. Pengunjung pun datang dari berbagai kalangan. Mulai dari wali kota, bupati hingga gubernur pernah singgah untuk mencicipi hidangan yang diberi tagline, “Lempah Kuning Sebenarnya”.

Resep masakan Lempah Kuning, kata Yudi berasal dari keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Istrinya, Maria, juga ikut membantu memperkaya cita rasa, berbekal pengalamannya yang pernah bekerja sebagai juru masak restoran.

Warisan Budaya

Sejarawan Pangkal Pinang, Akhmad Elvian mengungkapkan, lempah kuning dipengaruhi kehidupan masyarakatnya. Secara umum di Kepulauan Bangka Belitung, dikenal dua tradisi, yakni tradisi darat (land based culture) dan tradisi laut (sea based culture).

“Ada penamaan lempah darat dan sayur darat. Tapi ketika diolah menjadi menu masakan, semuanya digabung termasuk bahan-bahan dari laut. Biasanya digunakan ikan-ikan karang,” papar Akhmad.

Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung, menurut Akhmad, boleh berbangga karena pemerintah sejak 2014 telah mendaftarkan lempah kuning sebagai warisan budaya tak benda.

Sementara untuk martabak bangka, sambung Akhmad, memiliki kaitan erat dengan sejarah pertimahan. Ketika masa kekuasaan Sultan Palembang Mahmud Badaruddin 1 (1724-1757) dilakukan proses penambangan dengan mendatangkan orang-orang China dari Johor dan Vietnam.

Mereka yang didatangkan kala itu terbagi dalam dua suku, Hakka (kek) dan Hokkian (Hoklo). Dari suku Hokkian inilah kemudian berkembang aneka jenis makanan, salah satunya martabak yang dikenal dengan Hoklopan.

 

Kompas TV Sebanyak 60 peserta ambil bagian dalam lomba memasak lempah kuning yang dibagi dalam dua sesi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com