Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pariwisata Sebut Dampak Erupsi Gunung Agung Melebihi Bom Bali

Kompas.com - 11/12/2017, 22:12 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Muhammad Irzal Adiakurnia

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku pariwisata menganggap dampak erupsi Gunung Agung, Bali, lebih besar dibandingkan peristiwa tragedi Bom Bali tahun 2002. Hal itu disebutkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Yuniartha Putra.

“Cukup memprihatinkan di Bali sampai saat ini (okupansi hotelnya), begitu bandara ditutup dampaknya lebih berat dibandingkan dengan bom Bali,” terangnya setelah meluncukan portal reservasi online bookingina.com, di Jakarta, Senin (11/12/2017).

Belum pulihnya pariwisata Bali pasca erupsi Gunung Agung membuat industri hotel semakin lesu. Haryadi mengatakan penurunan okupansi di Bali sepanjang erupsi Gunung Agung cukup banyak, meski belum mendapat laporan secara pasti.

Baca juga : Buktikan Bali Aman, Para Turis Selfie Berlatar Gunung Agung

Menurut Haryadi, tidak mudah meyakinkan wisatawan mancanegara (wisman) dalam hal keamanan. Karena menurutnya, erupsi Gunung Agung belum diketahui kapan berakhir.

“Mulai dari penutupan bandara, travel warning dari beberapa negara, hingga penghapusan insurance travel, amat sangat berdampak bagi kami,” katanya.

Airline Counter yang melayani pelayanan Reschedule Penumpang Internasional, sebagai antisipasi Erupsi Gunung Agung di Bandara I Gusti Ngurahrai Bali, Senin, (27/11/2017).Agkasa Pura I Airline Counter yang melayani pelayanan Reschedule Penumpang Internasional, sebagai antisipasi Erupsi Gunung Agung di Bandara I Gusti Ngurahrai Bali, Senin, (27/11/2017).
Menurut Haryadi, pemulihan industri pariwisata pada saat Bom Bali tahun 2002 silam lebih cepat dibanding bencana alam Gunung Agung. Hal tersebut dikarenakan waktu letusan yang tidak bisa diprediksi dari gunung tertinggi di Bali tersebut.

Agung Yuniarta juga senada dengan Haryadi. Ia mengatakan penanganan peristiwa tragedi Bom Bali lebih cepat ditangani dibandingkan erupsi Gunung Agung.

"Ini situasinya beda dengan Bom Bali. Bom meledak, duar, kita bisa langsung tangani. Gunung Agung itu sulit kita tangani. Kalau bom itu lebih cepat kita recovery. Kan jelas, ini bisa langsung kerja. Kalau Gunung Agung, ini kadang ngebul, kadang enggak. Ini kesulitan untuk menyakinkan wisatawan. Ini Gunung Agung kondisi masih awas. Menimbulkan rasa takut orang yang ingin datang. Menghilangkan rasa takut itu yang problem," kata Agung saat dihubungi KompasTravel, Senin (11/12/2017).

Baca juga : 5 Destinasi di Bali yang Aman dari Dampak Letusan Gunung Agung

Menurutnya, berbagai cara telah dilakukan oleh pihak pariwisata Bali untuk memulihkan kondisi. Beberapa cara yang dilakukan adalah mengadakan acara-acara pariwisata.

"Kami coba dengan festival, touring. Kami viralkan ke orang asing. I'm in Bali. Semua dengan segala cara. Kami harus promosikan Bali," ujarnya.

Erupsi Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Erupsi Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.
Ledakan bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 malam terjadi di dua lokasi berseberangan yakni Sari Club dan Paddys Pub di Jalan Legian Kuta. Ledakan yang terjadi pada saat kedua tempat hiburan itu penuh pengunjung, telah menewaskan 202 orang dan melukai lebih dari 300 orang.

Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, dari level normal ke Level II (Waspada) mulai Kamis (14/9/2017).

Status ini diberlakukan berdasarkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Status Gunung Agung sempat berada di level awas dan kembali ke level siaga.

Sementara, Gunung Agung kembali meletus pada Sabtu (25/9/2017) pukul 17.30 WITA. Dalam letusan kali ini teramati kolong abu kelabu-kehitaman setinggi 1.500 meter di atas puncak gunung.

Pramusaji menyiapkan makanan untuk wisatawan saat asap putih terembus dari kawah Gunung Agung terlihat dari Amed, Karangasem, Bali, Kamis (7/12/2017). Gunung Agung yang berada dalam status level IV atau awas kembali mengembuskan asap putih tebal dari kawahnya.  ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A Pramusaji menyiapkan makanan untuk wisatawan saat asap putih terembus dari kawah Gunung Agung terlihat dari Amed, Karangasem, Bali, Kamis (7/12/2017). Gunung Agung yang berada dalam status level IV atau awas kembali mengembuskan asap putih tebal dari kawahnya.
Erupsi Gunung Agung menyebabkan penurunan kunjungan wisman pada Oktober 2017. Data Badan Pusat Statistik mencatat kunjungan wisman pada bulan Oktobers sebesar 1,16 juta kunjungan. Angka ini turun 4,54 persen dibanding September 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com