TANGGAMUS, KOMPAS.com - Sekelompok anak muda bergantian memeragakan bela diri Kuntau Semendo.
Dilanjutkan dengan tarian menginjak piring yang dilakukan remaja putri tarian Kuadai namanya. Secara bergantian penari yang membawakan piring pula di atas kedua ibu jari, melenggak-lenggok menginjak piring yang berjajar.
Baca juga : Tak Perlu Jauh-jauh, 5 Air Terjun di Bogor Ini Cocok untuk Akhir Pekan
Irama gendang dan nanyian ibu-ibu mengirigi gerakan ketiga remaja putri tersebut sampai injakan piring terakhir.
Tarian dan atraksi bela diri itu dilakukan di areal masuk Lembah Pelangi Pekon Sukamaju, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Baca juga : Grojogan Sewu, Air Terjun yang Menyimpan Kisah Mahabarata
Aktivitas itu dilakukan mana kala musim liburan masuk, untuk menyambut tamu yang datang ke Wisata Air Terjun Pelangi.
Mengapa atraksi Semendo? Jawabannya karena sebagian besar penduduk di Pekon itu adalah Suku Semendo. Mereka mulai menghidupi kembali budaya yang hampir punah.
Untuk menuju lokasi air terjun ini, wisatawan perlu menempuh perjalanan terjal sekitar 1 kilometer dari tempat loket masuk.
Terjalnya medan yang ditempuh, tak membosan. Kita diiringi sahut-sahutan seperti kumbang dan tak pemandangan pegunungan yang mengelilingi.
Belum lelah berjalan, pengunjung dihibur lagi dengan suara derasnya air yang tumpah terus menerus dari tebing ketinggian.
Ya, suara itu makin dekat dan makin nyata di depan mata kita. Kami berteriak kegirangan begitu melihat air terjun yang ketinggian sekitar 700 meter.
Tak puas melihat air terjun dari kejauhan, bersyukurnya, warga setempat rupanya berbaik hati menyediakan jalan penyeberangan bambu yang bisa diakses untuk mendekati sumber air terjun.
Kami naiki bebatuan di sekitar dengan berbagai cara untuk berada lebih dekat pada Air Terjun Lembah Pelangi.
"Huuu... Aku sampai di sini," kata Andriani warga Bandarlampung yang kegirangan sampai pada jarak terdekat air terjun itu.