Udara dingin menyergap. Kami segera menangkalnya dengan mengenakan jaket musim dingin yang kami sudah kami siapkan.
Jemputan dari tur setempat yang telah kami pesan sebelumnya sudah menunggu di pintu keluar. Kami diantar ke hotel. Masuk kamar hotel kami segera terlelap.
Menjelajah Yunan
Besoknya petualangan menjelajah Yunnan dimulai dengan rute Kunming, Dali, dan Lijiang.
Yunnan adalah salah satu provinsi di Tiongkok yang terletak di sebelah barat daya. Wilayah Yunnan terbentang seluas 394.100 kilometer persegi atau 4,1 persen dari total luas daratan Tiongkok. Populasi penduduknya diperkirakan sekitar 47 juta jiwa.
Ibukota Yunnan adalah Kunming, dulu juga dikenal dengan nama kota Yunnan. Wilayah Yunan berbatasan dengan Provinsi Guangxi, Guizhou, Sichuan, dan Daerah Otonomi Tibet, juga berbatasan dengan negara Vietnam, Laos, dan Myanmar.
Yunnan terletak di daerah dataran tinggi (plato). Jadi, tak heran kalau suhu di sini dingin sekali. Perbedaan suhu siang dan malam sangat drastis. Siang hari di musim dingin suhu berkisar 13-17 derajat celcius. Malamnya suhu bisa drop mencapai 0 atau minus 1 derajat celcius.
Provinsi ini kaya akan sumber daya alam dan memiliki jenis tumbuhan terbanyak seantero Tiongkok. Dari sekitar 30.000 spesies tetumbuhan dataran tinggi, Yunnan memiliki sekitar 17.000 lebih jenis.
Bukan hanya terkaya akan jenis tetumbuhan dataran tinggi, Provinsi Yunnan juga merupakan provinsi dengan etnis paling beragam. Ada 52 etnis di wilayah itu. Yang paling banyak adalah etnis Han yang mencapai 92 persen populasi.
Yunnan Ethnic Village
Kunjungan pertama kami sekeluarga adalah mengunjungi Yunnan Ethnic Village. Cukup dengan bus umum dari depan hotel, kami sampai ke tempat ini.
Cuaca luar biasa cerah, cenderung panas menyengat menyambut kami di tempat perhentian bus. Dari kejauhan gerbang bertuliskan Yunnan Minzu Cun dalam aksara China nampak cantik.
Suasana etnik menyambut kami di depan gerbang. Ada kios yang menyewakan baju-baju tradisional berwarna cerah untuk berfoto.
Kami terus melangkah menyusuri jalan dengan deretan toko di kanan kiri. Ada toko suvenir, herbal, rumah makan, jamu-jamuan, dan banyak lagi. Kami keluar masuk toko-toko yang menarik minat kami.
Tempat ini luas sekali. Rasanya, tak mungkin kami menjelajahi semuanya seharian. Yunan Ethnic Village mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.
TMII menampilkan miniatur kekhasan masing-masing provinsi di Indonesia, sementara Yunan Ethnic Village menampilkan kekhasan masing-masing etnik di Yunnan. Ada replika desa, bangunan unik, dan berbagai atraksi di tiap anjungan (meminjam istilah TMII) masing-masing etnik.
Enting-enting gepuk
Saat sedang asyik berjalan menikmati suasana, saya bertemu dengan hal yang mengejutkan. Di kejauhan mata saya tertumbuk pada sebuah warung dengan tulisan arab yang sangat familiar dengan keseharian kita di Indonesia yaitu halal. Dalam bahasa mandarin kata halal menjadi “ha liang li”.
Bukan tulisan itu yang mengejutkan saya, tapi apa yang saya temukan di dalam warung tersebut. Di dalam warung terdapat satu gelondong kayu besar dengan dua palu yang juga berukuran besar tergeletak di atas gelondongan itu.
Penjaga toko dengan ramah menawarkan penganan yang dijual di tempat tersebut. Saya mengambil secuil dan mesaukannya ke dalam mulut.
Ah! Saya terperanjat. Rasa penganan itu terasa tidak asing di lidah saya sejak kecil. Saya tahu persis, ini rasa eting-entik gepuk. “Kok bisa, rasa enting-enting gepuk ada di sini,” batin saya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.