Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perumahan Karyawan Perkebunan di Garut Ini Jadi Tempat Swafoto Favorit

Kompas.com - 14/01/2018, 17:00 WIB
Ari Maulana Karang

Penulis

 

GARUT, KOMPAS.com - Berada di area dataran tinggi di kaki Gunung Cikuray, Desa Sukatani Kecamatan Cilawu, Perkebunan Teh Dayeuhmanggung yang dikelola oleh PTPN VIII, punya modal besar untuk dikembangkan jadi tempat wisata selain hasil dari perkebunan teh.

Udara yang segar khas pegunungan, menjadi salah satu hal yang banyak diburu warga, khususnya warga perkotaan. Tak heran jika tiap akhir pekan, banyak warga mendatangi tempat ini untuk sekedar menikmati hijaunya hamparan kebun teh dan udara segar khas pegunungan.

Dari banyaknya warga yang berkunjung ke kawasan perkebunan teh Dayeuhmanggung ini pula yang membuat para karyawan perkebunan yang tinggal di kawasan perkebunan berinisiatif menata perumahan yang mereka tempati agar bisa lebih menarik perhatian dan mengundang orang datang lebih banyak.

"Awalnya karena banyak orang datang berwisata, kemudian warga yang semuanya karyawan disini, memiliki ide menata kampung demi kenyamanan pengunjung," jelas seorang karyawan bagian umum di kantor PTPN VIII Dayeuhmanggung, Dedi, Kamis (11/1/2018).

Penataan kampung sendiri dilakukan secara sederhana memanfaatkan barang bekas di rumah dan yang ada di pabrik teh. Yang paling khas adalah dinding-dinding perumahan yang kebanyakan terbuat dari kayu lalu diberi lukisan mural tiga dimensi dengan memanfaatkan sisa-sisa cat dari pabrik.

"Ada tiga orang karyawan yang bisa melukis, termasuk saya, jadi semuanya memanfaatkan potensi yang ada di sini saja," jelas pria paruh baya tersebut.

Perumahan karyawan di perkebunan Dayeuhmanggung sendiri terbagi dalam tiga kampung kecil yang masih tergabung dalam satu RW. Setelah ditata, nama kampungnya pun diubah sesuai dengan semangat warga.

"Ada kampung My Darling yang artinya masyarakat sadar lingkungan, dulu namanya kampung Batako, tema sadar lingkungan ini diambil setelah banjir bandang Cimanuk yang terjadi karena rusaknya lingkungan," jelas Dedi yang telah 30 tahun lebih bekerja di Dayeuhmanggung.

Selain Kampung My Darling, menurut Dedi ada juga Kampung Jokowi yang artinya "Jadikan Olehmu Kebun Dayeuhmanggung Obyek Wisata yang Indah".

Ciri khas kampung Jokowi adalah ada patung Presiden Jokowi di depan kampung. Selain itu, ada juga Kampung Amsterdam yang artinya yaitu "Akan Menjadikan Segala Yang Terbaik Untuk Dayeuhmanggung".

Kini, setiap hari ada wisatawan yang datang ke tiga kampung itu terlebih pada akhir pekan. Biasanya, selain menikmati udara segar pegunungan, pengunjung juga berswafoto di ikon-ikon tiap kampung hingga di dinding-dinding rumah warga yang dilukis tiga dimensi.

"Kalau akhir pekan lebih ramai, jumlah pengunjung bisa 100 sampai 300 orang," jelas Dedi yang baru lima tahun ke belakang tinggal di luar kawasan perkebunan.

Holid Darsono, karyawan PTPN VIII Dayeuhmanggung bagian umum lainnya mengungkapkan, di wilayah Garut sendiri ada lima perkebunan dari mulai karet hingga teh.

Dari lima kawasan perkebunan tersebut, hanya emplacement (perumahan) karyawan kebun Dayeuhmanggung yang saat ini dijadikan tempat wisata meski tidak ada pungutan resmi bagi para pengunjungnya.

"Sejak akhir tahun 2016 jadi tempat wisata, tapi tidak ada tarif masuk, seikhlasnya saja, untuk dana perawatan saja," katanya.

Menurut Holid, penataan kawasan pemukiman karyawan dilakukan tentunya atas seizin manajemen PTPN. Dengan banyaknya wisatawan yang datang, lanjut Dedi, ada tambahan penghasilan untuk keluarga karyawan.

Saat ini pun, tengah dikembangkan tempat-tempat baru bagi pengunjung seperti kebun kopi dan buah-buahan.

"Ada juga warga yang menyediakan home stay buat menginap pengunjung," katanya.

Aldel (20), warga Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota yang ditemui saat berkunjung ke Dayeuhmanggung mengungkapkan, banyak tempat swafoto yang menarik di Dayeuhmanggung. Apalagi, tempatnya tidak jauh dari Garut Kota.

"Udaranya sejuk, tempatnya enak, banyak tempat-tempat selfie, kan saya suka selfie," jelasnya.

Aldel mengaku, mengenal kampung My Darling, Jokowi dan Amsterdam dari media sosial. Karena, banyak orang memang swafotonya di tempat-tempat tersebut.

Sementara menurut Tresna, salah satu warga kampung My Darling, sejak banyak wisatawan memang ada keuntungan yang didapat warga, terutama mereka yang berdagang makanan. Hal itu karena pengunjung pasti jajan di warung mereka.

"Yang punya warung mah pasti untung, karena banyak yang jajan, apalagi hari libur," jelas ibu muda tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com