Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Lebih Jauh Perahu Cadik Bali yang Terbakar di Museum Bahari

Kompas.com - 18/01/2018, 19:04 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran yang melanda Museum Bahari, Selasa (16/1/2018) menyebabkan kerusakan di beberapa bagian gedung. Data dari posko siaga UPT Museum Bahari menyebutkan, kerusakan terjadi pada gedung A dan C.

Khusus di ruang Gedung C, terdapat miniatur maupun kapal asli koleksi Museum Bahari yang terbakar. Salah satunya adalah perahu cadik bali yang juga disebut perahu pancingan bali dalam ukuran asli.

(Baca juga : Cadik Nusantara, Perahu yang Selamat dari Kebakaran Museum Bahari)

"Perahu pancingan adalah perahu yang digunakan oleh kebanyakan nelayan di daerah Banyuwangi dan Bali untuk mencari ikan. Badan perahu pancingan ini terbuat dari satu batang pohon yang dikeruk isinya dan ditambahkan sebuah papan untuk mempertinggi perahu," kata Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan saat dihubungi KompasTravel, Kamis (18/1/2018).

Perahu nelayan mengantar turis melihat atraksi lumba-lumba di Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali, Sabtu (15/11/2014).KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Perahu nelayan mengantar turis melihat atraksi lumba-lumba di Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali, Sabtu (15/11/2014).
Hal yang menjadi ciri khas dari perahu pancingan bali ini, menurut Kartum, adalah tidak ada lunas (bagian dasar) dari perahu karena terbuat dari satu batang pohon yang dikeruk.

Selain itu ada geladak perahu yang ditutup dengan bambu dan di bawahnya ada ruang luas untuk tempat menyimpan ikan hasil tangkapan. Di bagian samping perahu ada dua cadik (bayurungan), berfungsi untuk menyeimbangkan posisi perahu saat terkena ombak di laut.

(Baca juga : Cadik Nusantara, Perahu yang Selamat dari Kebakaran Museum Bahari)

Perahu pancingan bali koleksi Museum Bahari yang terbakar memiliki tinggi dua meter di bagian haluan, satu meter di bagian buritan perahu dan lebar enam puluh sentimeter. Warnanya cantik, dengan dasar putih dan garis gelombang kuning, merah, hitam, serta hijau. Perahu tersebut dihiasi motif ayam dan bunga.

Di Bali, perahu pancingan memang terkenal memiliki warna yang semarak, dengan motif indah, dan terkadang pahatan ikan di bagian depan. Sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber penghidupan, perahu pancingan di Bali memang berfungsi untuk membawa wisatawan.

Nakhoda dibantu rekannya mendaratkan perahu jukung seusai mengantarkan wisatawan melihat lumba-lumba.KOMPAS/BENNY D KOESTANTO Nakhoda dibantu rekannya mendaratkan perahu jukung seusai mengantarkan wisatawan melihat lumba-lumba.
Saat musim libur habis dan wisatawan berkurang, barulah nelayan membawa perahu pancingan untuk menangkap ikan di laut.

Jika ingin menjajal naik perahu pancingan bali, salah satu daerah yang menawarkan wisata ini adalah Pantai Lovina di Bali Utara. Pada pagi hari, ketika matahari terbit, nelayan akan membawa wisatawan untuk mengejar lumba-lumba yang berenang di perairan Pantai Lovina. Perahu pancingan bali inilah yang akan digunakan, biasanya sudah ditambahkan mesin motor untuk mengejar kecepatan berenang lumba-lumba yang gesit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com