Kepala Desa Legurlai, Frederikus Maksimus N Rawan kepada KompasTravel mengatakan Desa Legurlai, Kecamatan Elar terkenal dengan pohon cendana. Untuk itu saya berani mengatakan bahwa Desa ini disebut Desa Cendana Legurlai.
Selain pohon cendana, lanjut Maksimus, desa ini juga terkenal dengan penghasilan kacang hijau. Warga di desa ini mampu menghasilkan ratusan ton kacang hijau, juga ada kopi jember dan tembakau. Hanya sayangnya, desa ini masih minim perhatian dari akses jalan yang memadai.
"Saya merencanakan membangunnya dengan dana desa, namun, saya tetap waspada dengan regulasi. Saya akan berkonsultasi dengan pihak yang lebih tinggi agar dua jembatan ini bisa dibangun dengan menggunakan dana desa," kata Maksimus.
Terpisah dua warga Kampung Tetes, Desa Golo Munde, Silvanus Asar dan Bernadus Dandung kepada KompasTravel saat dijumpai di lokasi persawahan menjelaskan, infrastruktur jalan di seluruh Kecamatan Elar masih minim perhatian. Warga sangat menderita dengan kondisi jalan yang belum baik. Warga mengambil padi di persawahan Gising harus melewati jalan buruk.
“Kami berharap ada perhatian serius dari pemerintah setempat. kami membutuhkan akses jalan yang bagus demi kelancaran lalu lintas perekonomian ke pasar maupun ke Kota Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur maupun Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai untuk menjual hasil perdagangannya. Pak sendiri merasakan bagaimana beratnya perjalanan dari Kota ke Kecamatan Elar,” katanya.
Selain itu warga Dusun Nao, Desa Compang Soba, Tadeus Ranus, Selasa (30/1/2018) kepada KompasTravel, menjelaskan, akses jalan menuju sejumlah desa di wilayah ini masih sangat rusak parah. Jalan masuk dari pertigaan Gereja Mombok sampai di Desa Compang Soba masih jalan tanah, walaupun ada sebagian sudah di pasang batu, namun, jalannya sudah rusak lagi.
“Saya merasakan sendiri jalan yang rusak. Untuk itu saya berharap ada perhatian yang serius dari pemerintah setempat,” harapnya.
“Kami bersyukur ada seorang wartawan mampu mengunjungi kampung Puncak Weong agar suara kami disalurkan kepada pemerintah Indonesia. Baru tahun 2018 ini seorang wartawan berani sampai di Kampung Puncak Weong yang sangat tertinggal. Anak-anak menuju Sekolah Menengah Pertama dan Atas dari kampung ini harus berjalan kaki sepanjang empat kilometer. Kalau pergi-pulang ditempuh delapan kilometer. Baru beberapa meter saja yang sudah disusun batu. Saat musim hujan seperti sekarang. Akses jalan penuh dengan lumpur ditambah dengan longsor kiri kanan jalan. Tolong salurkan suara kami kepada pemerintah pusat agar memperhatikan akses jalan ke Kampung Puncak Weong,” harapnya.
Sementara Bupati Manggarai Timur, Yoseph Tote saat di wawancara KompasTravel di pintu masuk Kantor Bupati Lehong didampingi Kepala Badan Keuangan Daerah, Boni Hasudungan bersama ajudan Bupati pada Januari 2018 seusai Natal dan Tahun Bersama Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur ketika ditanya soal surat terbuka dari Imam dan tokoh Masyarakat dari wilayah Kecamatan Elar menjelaskan, silakan menyurati Presiden atau di atasnya.
Akses jalan ke wilayah Elar dan Elar Selatan sudah diatur dalam Undang-Undang bahwa akses jalan itu adalah jalan propinsi. Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur tidak mau melanggar regulasi yang ditentukan Undang-Undang.
Menyimpan Warisan Leluhur
Wilayah Kecamatan Elar dan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur menyimpang warisan leluhur. Ritual-ritual adat masih terjaga dengan baik. Selain itu, kain tenun khas Rembong dan Biting masih terus dilestarikan oleh kaum perempuan di wilayah itu.
Juga wilayah itu dikenal dengan wilayah toleransi karena hidup berdampingan umat islam dan Katolik. Selain itu ada Gereja tua yang kini sudah usia 75 tahun lebih. Bahkan, ada bahasa rembong yang sudah dibukukan oleh missionaris dan warga setempat.
(Bersambung...)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.