Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Selam Belum Optimal Menyejahterakan Masyarakat Pesisir

Kompas.com - 23/02/2018, 16:39 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Diving atau selam yang merupakan salah satu atraksi wisata unggulan Indonesia nampaknya belum bisa membantu banyak perekonomian masyarakat pesisir. Pasalnya dari banyaknya dive center di Indonesia, ternyata sebagian besar dimiliki luar negeri.

Hal tersebut dikemukaan oleh Kepala Litbang Persatuan Usaha Selam Indonesia (PUSI) Kiki, saat mengisi diskusi Pameran Jelajah Terumbu Karang Kompas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (22/2/2017).

"Ini sudah terjadi bukan hanya di Laban Bajo, Bali, dan di Raja Ampat, bahwa pengusaha Indonesia kalah sama investor luar. Hampir 80 persen (dive center) yang terkenal yang berkembang hebat pasti dari luar," ungkap Kiki saat menutup diskusi yang dihadiri para pegiat wisata selam.

Baca juga : Berapa Minimum Biaya Diving untuk Pemula di Raja Ampat?

Ia merasakan dengan banyaknya operator selam (dive center) luar yang ada di berbagai lokasi penyelaman Indonesia, membuat daya tarik wisata laut kurang begitu maksimal imbasnya untuk masyarakat lokal.

Diving di Raja Ampat, Papua Barat.AUDREY ROIT Diving di Raja Ampat, Papua Barat.
Bahkan menurutnya warga lokal tidak mendapat banyak manfaat dari industri tersebut karena hanya dijadikan pekerja kasar dalam operator milik luar negeri.

"Padahal soal keahlian selam, mereka sudah hidup di laut itu sejak kecil, sudah pasti menguasai daerah dan teknik selam dasar. Tapi sekarang warga lokal malah banyak yang dipekerjakan hanya menjadi tukang angkat alat-alat, maksimal jadi operator boat," tandasnya.

Baca juga : Jangan Samakan Peralatan Scuba Diving dengan Freediving

Dalam penelusuran tim PUSI di berbagai lokasi penyelaman, banyak operator luar yang memang tidak mempekerjakan warga lokal sebagai pemandu selam. Mereka pun tidak diberikan kesempatan sertifikasi dan uji kompetensi.

Sedangkan operator lokal yang memiliki guide dengan standar tersebut masih relatif lebih sedikit. Hal ini berdampak pada semakin berkurangnya kepercayaan wisatawan asing pada guide lokal.

Satu dari tujuh patung yang terdapat dalam galeri di spot diving di Pantai Jemeluk, Amed, Karangasem, Bali.
ARSIP KOMPAS TV Satu dari tujuh patung yang terdapat dalam galeri di spot diving di Pantai Jemeluk, Amed, Karangasem, Bali.
"Karena problem yang terjadi di lapangan itu, tamu luar pasti lebih milih guide luar dan operator luar karena mereka akan tanya sertifikat guide kita, dan ternyata belum punya sertifikat," ujar lelaki yang puluhan tahun berkecimpung di dunia penyelaman kepada  KompasTravel.

Di sisi lain banyak operator luar yang mempekerjakan pemandu luar juga, tapi ternyata tidak punya surat izin kerja di Indonesia. Bahkan hasil temuannya ada juga dive center luar yang memang tidak mengurus izin kerja secara legal sesuai peraturan negara ini.

Padahal mereka terus menerus dengan seenaknya membawa tamu-tamu luar untuk menyelam di Indonesia, dan hasil uangnya untuk untuk mereka.

"Nggak usah jauh-jauh, di Bali itu banyak. Belum ada regulasi yang detail tentang boleh nggak sih guide luar jadi pemandu dive di Indonesia. Sebenarnya nggak boleh," ungkap Kiki.

Terumbu karang tampak menutupi sejumlah besar bagian luar kapal Mawali yang terdampar di dasar laut perairan Selat Lembeh.KOMPAS/LASTI KURNIA Terumbu karang tampak menutupi sejumlah besar bagian luar kapal Mawali yang terdampar di dasar laut perairan Selat Lembeh.
Menurutnya kendala terbesar ialah masih sulitnya mengurus surat izin usaha pariwisata untuk membuat dive center, juga untuk sertifikasi uji kompetensi masyarakat lokal setempat.

"Tak kalah penting juga belum ada regulasi jelas untuk mewajiban operator luar mempekerjakan guide asli lokal Indonesia. Penindakan dive center ilegal juga penting," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com