Subowo mengatakan, modal pembangunan awal berasal dari swadaya masyarakat. Mereka tidak sendiri. Warga bekerja sama dengan praktisi pariwisata hingga kelompok mahasiswa.
“Mulai babat alas 5 Januari 2015 dan mulai dibuka sebagai tempat wisata pada Juni 2015. Awalnya dibangun dengan 100 sak semen dari sokongan warga,” kata Subowo
Apa yang dibangun membuat hampir semua sudutnya menarik jadi latar belakang foto, termasuk batu-batu kapur berwarna putih sebesar bak truk di tengah sungai, atau tumpukan-tumpukan batu kapur yang menciptakan jeram, jembatan bambu, hingga kolam, semua sangat asyik jadi latar foto.
Wisatawan bisa menikmati semua keindahan itu cukup dengan membayar Rp 5.000 per pengunjung untuk sekali kunjungan. Kalaulah membawa kendaraan, tentu dikenai biaya parkir yang tidak mahal. Untuk sepeda motor Rp 3.000. Halaman parkirnya luas dan aman.
Kini, Kedung Pedut semakin berkembang. Pokdarwis dan warga pemilik lahan juga mengembangkannya dengan 7 warung makan dengan sajian serba murah, tiga toilet bersih, tiga gazebo cantik, dua gardu pandang, hingga mushola.
Jadi, sepanjang jalan-jalan ke sana, wisatawan tetap akan merasa nyaman. Dengan seluruh keindahan dan fasilitas yang tersedia, pengunjung kedung itu pernah sekitar 2.000 tiket masuk terbeli sehari di tahun baru 2017.
Tanjakan Tajam
Kedung Pedut tidak sulit didatangi. Destinasi ini berada 16 kilometer dari kota Wates, ibukota Kulonprogo. Mobil dan motor bisa menjangkau obyek wisata ini. Hanya saja, menuju ke sana berarti akan melewati jalan menanjak dan sempit.
Waspadalah pada banyaknya jalan menanjak cukup panjang yang muncul mendadak di sebuah tikungan. Bila berkendara dengan roda dua tentu akan sering agak kesulitan. Maka, sebaiknya memang menggunakan kendaraan yang benar-benar fit.
Tidak perlu ragu berkendara dengan mobil roda 4. Mobil bisa tiba ke sana. Motor matic justru tidak disarankan.
“Memang ada beberapa tanjakan ekstrem. Matic justru berbahaya saat turunan karena lebih banyak main rem,” kata Nining, seorang wisatawan lokal yang sudah sering bolak-balik piknik ke Girimulyo.
Namun, semua kesulitan dalam perjalanan akan terbayar ketika menemukan keindahan Kedung Pedut.
Selama piknik tidak perlu harus menggunakan sepatu karena pasti tergoda untuk menceburkan diri ke airnya yang dingin dan jernih. Sandal jepit atau sandal gunung justru lebih tepat.
Sepatu diving malah jadi pilihan paling bagus. Dengan sepatu itu, wisatawan akan lebih aman ketika berjalan di air sungai karena batu-batu kapur di dalamnya tajam dan bisa melukai bila tak hati-hati.
Agaknya hampir semua wisatawan akan tergoda untuk berendam di airnya yang jernih itu. Jadi, alangkah lebih baik membawa pakaian ganti.
Wisatawan juga tidak perlu kawatir kelaparan. Banyak sekali jajanan murah sepanjang perjalanan di wisata ini. Seluruh warga dan Pokdarwis menyepakati niat bersama untuk membangun tempat jajanan yang bisa menghidupi warga.
Sepiring mie instan pakai telur seharga Rp 6.000. Secangkir kopi Rp 3.000. Sebotol air mineral ukuran sedang 60 ml juga Rp 3.000. Lantas apa saja sajian di warung, tentu makanan khas seperti nasi kucing, geblek atau camilan khas dari sagu kenyal khas Kulonprogo.
“Semua warung diseragamkan biar warga merasa nyaman dan mau mampir. Biar wisatawan tidak perlu berat-berat bawa bekal,” kata seorang penjaga salah satu warung di kawasan Kedung Pedut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.