Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PUSI: Dive Center Lokal Harus Berjaya di Laut Sendiri

Kompas.com - 26/02/2018, 10:56 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keprihatinan terhadap warga lokal pesisir pantai yang kerap hanya jadi buruh kasar di industri penyelaman, membuat Persatuan Usaha Selam Indonesia (PUSI) bekerja sama menciptakan operator dan pemandu selam lokal.

Kepala Litbang PUSI, Kiki mengatakan pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak memfasilitasi masyarakat lokal, dalam sertifikasi dan uji kompetensi pemandu selam.

"Programnya salah satunya mengadakan pelatihan dive guide yang tersertifikasi kompetensi sesuai dengan aturan yang ada di Republik Indonesia. Itu kita berikan secara free ke masyarakat," tuturnya, saat mengisi diskusi Pameran Jelajah Terumbu Karang Kompas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (22/2/2017).

Baca juga : Wisata Selam Belum Optimal Menyejahterakan Masyarakat Pesisir

Menurutnya ketimpangan antara operator selam (dive center) lokal dengan kepunyaan investor luar ialah minimnya guide lokal yang tersertifikasi.

Selain itu juga sulitnya orang lokal untuk membuka operator selam, karena perizinan yang jauh, juga membutuhkan banyak waktu dan biaya.

"Kita bersama kementerian Pariwisata mendorong warga lokal yang sudah biasa bawa tamu, untuk disertifikasi, dan diberi uji kompetensi," tuturnya.

Diving di Raja Ampat, Papua Barat.AUDREY ROIT Diving di Raja Ampat, Papua Barat.
Sebelum disertifikasi dan diujikan, para dive center anggota PUSI lain yang sudah besar di daerahnya membimbing warga lokalnya yang berpotensi, untuk dilatih sesuai standar kompetensi.

Menurut Kikki, pihaknya mendorong dive center lokal di bawah PUSI yang sudah mapan di satu tempat, musal  di Labuan Bajo, untuk bantu dan bimbing warga lokal tadi buat belajar dan sertifikasi.

Setelah itu dilanjutkan dengan proses akreditasi secara kompetensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).

"Setelah itu, kita juga mendorong dive center (kepunyaan) luar wajib punya guide lokal, dan harus disertifikasi uji kompetensi juga," ungkap Kiki kepada KompasTravel.

Tak hanya sampai di situ, untuk meningkatkan daya saing agar industri ini tidak dikuasai asing, ia juga memfasilitasi masyarakat ubtuk membuat dive center sendiri. Dengan cara mempermudah pembuatan sudrat izin tanda usaha pariwisata.

"Surat itu yang ngeluarin pemerintah kabupaten dan provinsi. Jadi PUSI mendorong pemerintah lokal sana, untuk mudah memberikan izin tersebut bagi masyarakatnya. Termasuk perizinan untuk PT, karena dive center harus punya PT," ujar Kiki menggebu-gebu.

Turis asing snorkeling di Pink Beach, Labuan Bajo, dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Keunikan dan keindahan bawah laut di sekitar pantai menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata ke pantai itu, Rabu (10/5/2017). KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Turis asing snorkeling di Pink Beach, Labuan Bajo, dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Keunikan dan keindahan bawah laut di sekitar pantai menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata ke pantai itu, Rabu (10/5/2017).
Program ini, lanjut Kiki, sudah dijalankan sejak 2017 bekerja sama 100 anggota PUSI di berbagai lokasi, mulai Bali, Ternate, Labuan Bajo, dan yang lainnya.

"Ini sudah terjadi bukan hanya di Labuan Bajo, Bali, dan di Raja Ampat, bahwa pengusaha Indonesia kalah sama investor luar. Hampir 80 persen (dive center) yang terkenal yang berkembang hebat pasti dari luar," ungkap Kiki saat menutup diskusi yang dihadiri para pegiat wisata selam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com