Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Kebijakan Kemenpar dalam Diplomasi Kuliner

Kompas.com - 01/03/2018, 09:16 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa Kementerian Pariwisata memiliki tiga program dalam diplomasi kuliner. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan wisata kuliner dan memperkenalkan kuliner khas Indonesia ke mancanegara.

“Kalau program Kemenpar ada tiga, yaitu memopulerkan national food, destinasi kuliner, dan membranding existing restaurant dengan co-branding Wonderful Indonesia,” ujar Arief dalam launching Batavia Café di Tangerang, Banten, Rabu (28/2/2018).

Baca juga : Industri Kuliner, Penopang Tertinggi Perekonomian Kreatif di Indonesia

Ia menjelaskan, sudah diputuskan perihal makanan nasional khas Indonesia. Di antaranya, menurut Arief, pertama rendang, kemudian soto, nasi goreng, gado-gado, dan sate. Sementara untuk minuman khas Indonesia adalah kopi nusantara.

Baca juga : Ubud Food Festival Hadirkan 100 Ahli Kuliner

Selain itu juga ada tiga destinasi kuliner tingkat dunia yang sudah disertifikasi United Nations World Tourism Organization (UNWTO) yakni Bali, Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang), dan Bandung.

Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama istri dan didampingi Bupati Banyuwangi Azwar Anas dalam acara Barong Ider Bumi di desa wisata Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (26/6/2017).ARSIP KEMENPAR Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama istri dan didampingi Bupati Banyuwangi Azwar Anas dalam acara Barong Ider Bumi di desa wisata Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (26/6/2017).
“Nah kita akan memberikan insentif kepada para industri kalau dia memenuhi tiga syarat itu. Keluarkan national food, memopulerkan tiga destinasi kuliner, dan dia sudah punya kafe atau restoran di luar negeri,” kata Arief.

Soal insentif yang diberikan, lanjut Menpar, akan diberikan dengan menggerakkan semua stakeholder.

“Kita bisa mengimbau penerbangan yang ada seperti yang dilakukan Thailand, itu bumbu-bumbu dibawa oleh maskapai keluar (dari Thailand). Kita juga sama, harus ada semacam itu. Jadi bagi yang membawa bumbu Indonesia ke luar harus mendapatkan insentif. Kalau tiga hal tadi, promosi sudah pasti dari kita Kemenpar,” ujar Arief.

Gado-gado Ayam Hj Tarkanci, di Jalan Kembar Cirebon, Jawa Barat, tepatnya seberang rel kereta Stasiun Cirebon.WWW.DOYANKULINER.COM Gado-gado Ayam Hj Tarkanci, di Jalan Kembar Cirebon, Jawa Barat, tepatnya seberang rel kereta Stasiun Cirebon.
Sementara itu, Menpar menjelaskan bahwa Thailand lebih agresif dibandingkan Indonesia dalam hal diplomasi kuliner. Thailand telah memberikan sebesar 100.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,3 miliar untuk orang-orang yang membuka restoran Thailand.

“Kita tidak ada anggaran itu, kita tidak bisa semewah Thailand. Maka dari itu kita mem-branding existing restoran yang suda ada. Kita punya restoran yang ada di dunia lalu kita akan branding,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com