Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Nunukan, Oleh-olehnya Madu Mongso

Kompas.com - 14/03/2018, 07:18 WIB
Sukoco,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi


NUNUKAN, KOMPAS.com – Merasa buah-buahan seperti terap (buah seperti nangka) dan buah elay (buah seperti durian namun duri kulitnya lebih lunak) belum banyak yang mengetahui membuat seorang pengusaha olahan makanan dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara mencoba menghadirkannya melalui olahan madu mongso.

Rasa khas buah buahan elay dan terap yang banyak terdapat di Kabupaten Nunukan itu ternyata menjadi nilai tawar produk madu mongso Rubiyanti sehingga bisa merambah pasar hingga Jakarta dan Malaysia.

“Buah kayak terap dan elay kan cuma ada di Kalimantan. Konsumen di Jakarta itu penasaran, setelah mencicipi mereka tertarik dengan madu mongso rasa buah terap dan elay,” ujarnya Senin (12/3/2018).

Selain rasa buah elay dan terap, Rubiyanti juga menghadirkan rasa durian, rasa cempedak dan rasa rumput laut yang banyak diupayakan di Kabupaten Nunukan pada olahan madu mongso miliknya.

Inovasi memadukan ras buah terhadap produk olahan madu mongsonya berawal di tahun 2014 ketika Rubiyanti mengikuti training Women Trainer di Kota Tarakan, di mana dalam kegiatan tersebut pengusaha perempuan di Provinsi Kalimantan Utara diminta membuat inovasi pada sejumlah produk olahan mereka.

Berkutat dengan olahan madu mongso sudah dilakoni Rubiyanti lebih dari 10 tahun terakhir. Dia mengatakan, butuh ketelitian agar bisa menghadirkan olahan madu mongso yang memiliki rasa pas.

Robiyanti mengolah sendiri madu mongso produksinya.KOMPAS.com/SUKOCO Robiyanti mengolah sendiri madu mongso produksinya.
Pengalaman selama ini menjadikan dirinya tahu betul bagaimana proses dan campuran yang tepat untuk menghadirkan rasa madu mongso yang manis, sedikit rasa asam yang menghadirkan sensasi segar dan hadirnya rasa buah yang sebelumnya belum pernah ada.

Untuk menghasilkan madu mongso tersebut, Rubiyanti mengaku memilih sendiri ketan hitam sebagai bahan utama. Ketan hitam pilihan tersebut sebelumnya harus diolah dan dimasak sampai menjadi tapai ketan yang membutuhkan waktu 3 hari. Bahan dasar inilah yang membedakan produk olahannya dengan madu mongso buatan orang lain.

Menurutnya, tapai ketan hitam harus terasa manis agar menghasilkan madu mongso yang berkualitas. Bahan dasar tapai ketan tersebut kemudian dicampur dengan bahan bahan lain seperti santan, gula pasir bahan lain serta tambahan bahan dari buah-buahan segar yang menjadi ciri khas madu mongso produksinya.

Meski disukai, namun tidak ada peningkatan penjualan saat dirinya masih menghadirkan rasa original madu mongso. Selain meningkatkan penjualan, inovasi madu mongso dengan campuran rumput laut membuat madu mongso produksi Rubiyanti lebih kenyal.

Campuran rumput laut juga membuat madu mongso produksi Rubiyanti tahan lebih lama tanpa menggunakan pengawet. "Campuran rumput laut juga membuat madu mongso kaya serat dan jadinya lebih kenyal," katanya.

Dari inovasi yang dilakukan tersebut, Rubiyanti mengaku permintaan madu mongso mengalami peningkatan. Jika sebelumnya dia hanya mampu membuat 5 kilogram madu mongso dalam seminggu, kini permintaan madu mongso telah berlipat 3 kali.

Permintaan akan meningkat tajam saat menjelang hari raya Idul Fitri atau perayaan hari besar lainnya.

Bahkan pemasaran yang dulunya hanya seputar Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan kini sudah menjangkau sampai Jakarta bahkan permintaan juga datang dari Kota Tawau, Malaysia.  "Sekarang satu minggu kita produksi 3 kali. Sekali masak tetap 5 kilo untuk ketan hitamnya,” imbuhnya.

Rasa khas buah buahan elay dan terap yang banyak terdapat di Kabupaten Nunukan itu ternyata menjadi nilai tawar produk madu mongso Rubiyanti sehingga bisa merambah pasar hingga Jakarta dan Malaysia.KOMPAS.com/SUKOCO Rasa khas buah buahan elay dan terap yang banyak terdapat di Kabupaten Nunukan itu ternyata menjadi nilai tawar produk madu mongso Rubiyanti sehingga bisa merambah pasar hingga Jakarta dan Malaysia.

Kendala Kemasan

Meski mengalami peningkatan jumlah permintaan, namun Rubiyanti mengaku masih belum percaya diri dengan kemasan madu mongso yang diberi label mammon candy tersebut. Produknya masih dikemas secara tradisional dalam topeles kecil ukuran 300 gram. Kemasan topeles juga membuat harga madu mongso olahannya menjadi sedikit lebih mahal.

Dia berharap bisa mengemas madu mongso dalam kemasan plastik dengan desain gambar yang menarik seperti produk permen pabrikan. Selain bisa menekan harga lebih murah, dengan kemasan yang menarik dipastikan akan lebih meningkatkan omset penjualan madu mongso.

“Masih susah untuk kemasan, karena belinya tidak bisa sedikit. Kemarin sempat tanya minimal harus pesan 5.000 kemasan,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com