JAKARTA, KOMPAS.com - Hanna (21) dan Tian (21) yang merupakan mahasiswi jurusan Sastra China salah satu universitas swasta di Jakarta tampak asyik membolak-balik halaman buku tentang masakan Tionghoa.
Hari itu, Selasa (12/3/2018) mereka sengaja datang ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa untuk mencari referensi skripsi mereka.
"Saya tahu museum ini dari dosen. Disuruh coba ke sini untuk studi pustaka skripsi," kata Hanna.
(Baca juga : Indonesia di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa)
Sekitar pukul 11.00 WIB, mereka tiba di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa yang terletak di Ruko Golden Road BSD C 33 Nomor 78, Serpong, Tangerang Selatan.
Bisa dibilang hari itu Hanna dan Tian beruntung, sebab sang pemilik, Azmi Abubakar (46) sedang berada di museum.
Azmi membantu Hanna dan Tian mencari buku masakan peranakan Tionghoa. Keberutungan lainnya adalah Hanna dan Tian bisa masuk museum, sebab museum tersebut tidak buka setiap hari.
Waktu Operasional Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Azmi Abukar adalah pria berdarah Gayo, Aceh yang membuka Museum Pustaka Peranakan Tionghoa sejak 2011. Selama berpuluh tahun, ia mengumpulkan 30.000 literatur Tionghoa dari seluruh daerah Indonesia.
Museum Pustaka Peranakan Tionghoa tidak memiliki waktu operasional tetap. Sebab selain mengelola museum, Azmi memiliki bisnis utama yang bergerak di bidang properti. Jadi untuk berkunjung ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, pengunjung butuh membuat janji temu dengan Azmi minimal dua minggu sebelum kedatangan.
"Kalau saya di museum, kerjaan saya ya saya tinggal ke mandor. Kalau bukan saya, ada relawan lain, tetapi relawan itu juga punya pekerjaan," kata Azmi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.