Hah seribu rupee? Kami melongo karena harga itu belum ditawar. Maka segera kami tanya harga pas-nya. Tawar menawar pun terjadi dan dia berkata setengah berbisik. "OK untuk kalian 600 rupee tapi jangan bilang ke pembeli lainnya."
Kami rasanya lemas tapi sekaligus ingin mentertawakan kekonyolan sebelumnya. Saat uang menipis, malah ketemu toko yang paling murah.
"Jangan-jangan semakin ke ujung, harganya makin murah," seloroh saya ke Santosh.
Dia menjawab menggeleng-geleng sambil tersenyum, "Tidak, tidak. Di sini yang paling murah. Kamu bisa membandingkannya. Mereka semua mengambil dari saya."
Santosh pun dengan lihai mengeluarkan berbagai koleksinya, walau kita hanya menanyakan satu barang. "Yang ini berbeda, lebih halus, harganya lebih mahal sedikit. Yang ini kualitas premium, harganya beda lagi," ujarnya mengeluarkan banyak syal.
Melihat kami terpaku, dia melanjutkan, "Kalau ini the best, kamu tidak akan mendapat di toko lain," ujarnya.
Ia juga menerangkan bagaimana syal itu dibuat, dari bulu kambing gunung bagian mana. "Karena setiap bagian bulu beda kualitas. Yang terbaik adalah bulu leher, seperti yang ini," lanjutnya.
Kelihaian Santosh menawarkan barang dan bercerita membuat kami pun tak segan bergurau dengannya, sampai-sampai kami memanggilnya "Masbro". Niat belanja pun muncul lagi, dan kali ini yang dirogoh adalah kartu kredit.
Sayang menurut Masbro Santosh, alat pembayaran kartunya rusak.
"Tapi masbro, kamu bilang toko ini pemasok, kanapa kami nggak bisa bayar pakai kartu? Sementara di toko lain kami bisa gesek. Kurang meyakinkan nih," gurau kami.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.