JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi masyarakat Bangka era 1970-an hingga 1990 mungkin sangat familiar dengan wujud bus ini. Bus beroda enam ini disebut Oto Pownis, yang sering mengantar masyarakat di trayek Pangkal Pinang - Sungai Liat.
"Bagi orang Bangka yang lihat ini pasti teringat penuh cerita, kendaraan ini dulu jadi satu-satunya yang ada di Bangka," ujar Muhammad Taufik, Kepala Museum Timah Indonesia pada KompasTravel, saat pameran Indonesia Classic N Unique Bus (Incubus) 2018 di Hall B JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (23/3/2018).
Pownis sendiri singkatan dari Persatuan Oto Warga Negara Indonesia Sungai Liat, nama salah satu operator angkutan umum yang eksis di Pulau Bangka pada masa lalu.
Ia menceritakan kisah-kisah perjalanan bus dengan interior kayu ini sejak 48 tahun yang lalu. Menurutnya dahulu warga sudah mengantre sejak pagi untuk bepergian ke kota Pangkal Pinang dengan mobil ini.
Untuk bagasi penumpang, terletak di atas mobil, dengan tangga naik di bagian belakang. Pada saat ramai penumpang, kadang kondektur berada di tangga atau barang diikat di tangga.
Ternyata, pada tahun 1970 mobil ini juga kerap disewa untuk kegiatan wisata di Bangka. Seperti wisata perusahaan atau kelompok masal lainnya ke pantai-pantai di daerah Bangka.
Ia mengatakan mobil ini dibentuk bus oleh tukang-tukang di Pulau Bangka, mesinnya menggunakan merek Mitsubishi, Daihatsu, dan GMC. Untuk bahan bakar bus ini menggunakan solar dan bensin.
Secara umum, hampir 80 persen interior bus ini menggunakan kayu, baik body dalam, tempat duduk, maupun pintu jendela. Taufik mengatakan kayu yang digunakan ialah kayu ubak, yang tahan panas dan tidak lapuk terkena air.
Saat ini bus tersebut digunakan untuk wisatawan yang ingin lebih mengenal kota Bangka, melalui city tour. Anda bisa mencoba naik bus berbahan kayu ini dari PT Timah Indonesia Pangkal Pinang secara gratis.
"Sekarang ada dua unit yang masih dilestarikan PT Timah dengan Museum Timahnya, untuk wisatawan city tour. Jadi sebagai bentuk CSR PT Timah," ungkap Taufik.
Ia mengajak kota-kota lain untuk melestarikan bus-bus atau alat transportasi klasiknya untuk keperluan wisata. Sehingga generasi mendatang bisa kenal bagaimana mobilisasi kakek neneknya dahulu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.