“Kita butuh satu ton ubi per hari. Sehingga, mitra utama kita petani, kita berdayakan dan kita tampung hasilnya,” terang Windari.
Dia menyebutkan, ayahnya mengajak pertani untuk memanfaatkan lahan kosong dengan menanam ubi. Apalagi, ubi tumbuhan yang mudah ditanam.
Gayung bersambut, masyarakat pun mulai menanam ubi dan memasarkannya ke Mas Lilik dengan harga pasar.
“Kami bersyukur, belakangan keripik ini mulai dianggap khas Gebang. Wisatawan juga banyak singgah,” pungkas Windari.
Jika Anda menyusur jalan lintas Medan-Banda Aceh, ketika tiba di lokasi itu, maka singgahlah. Nikmati keripik yang kreyes-kreyes dan pas di lidah. Selamat mencoba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.