Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendang dalam Pandangan Orang Minang, Seperti Apa Komentarnya?

Kompas.com - 04/04/2018, 16:25 WIB
Silvita Agmasari,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas orang setuju rendang adalah makanan yang lezat. Predikat rendang sebagai makanan lezat bahkan diakui dunia. Terbukti rendang beberapa kali menjadi jawara teratas dari 50 makanan terlezat di dunia, salah satunya versi CNN.

Namun, jika bicara dengan orang Minangkabau (disebut juga Minang), rendang bukan hanya sekedar makanan lezat. Rendang adalah martabat bagi orang Minang. Bagian dari adat yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan.

"Rendang menjadi kuliner andalan di Minangkabau karena ada artinya sendiri dalam adat," kata budayawan Minangkabau, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto saat diwawancara KompasTravel, Selasa (9/5/2017).

(Baca juga : Juri MasterChef UK Sebut Kulit Rendang Ayam Harus Crispy)

Pembuatan rendang menurut pria yang akrab disapa Mak Katik memiliki aturan tersendiri. Ia mengatakan, saat diaduk, daging tidak boleh diangkat angkat karena dapat membuat santan terciprat ke orang lain.

Dalam artian di kehidupan, tidak boleh mengangkat pembicaraan tak penting yang memecah belah kaum. Sesekali saat mengaduk rendang juga harus diputar. Artinya dalam pembicaraan semua anggota harus diikutsertakan dan dipisahkan mana pembicaraan yang baik dan tidak.

Jadilah rendang, menurut Mak Katik adalah penghulu dalam tiap makanan atau penghubung yang penting dalam adat.

Saking pentingnya rendang bagi orang Minang, maka dapat dipastikan selalu ada rendang di tiap hajatan.

Rendang juga menjadi simbol dari tingkat ekonomi orang Minang. Hal ini diungkapkan oleh koki asal Payakumbuh, Sumatera Barat, Adzan Budiman.

(Baca juga : Empat Negara Bersatu Bela Rendang)

"Rendang ini adalah jati diri orang Minang dalam tingkat ekonomi. Di tiap hajatan nikah selalu ada rendang. Untuk yang (ekonomi) kurang mampu sampai menggunakan bongkahan kayu yang dibaluri bumbu rendang dan ditaruh di piring, sebagai simbolis," kata Adzan saat dihubungi KompasTravel, Rabu (4/4/2018).

Wildan Kamal dan Istrinya Lutfia Putri Rahmadani, mengemas rendang untuk produksi Naniko RendangKOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Wildan Kamal dan Istrinya Lutfia Putri Rahmadani, mengemas rendang untuk produksi Naniko Rendang

Ia juga mengatakan rendang ciri khas bagi orang Minang perantauan. Bekal bersantap di perjalanan jauh, termasuk saat menunaikan ibadah haji di tanah suci.

Luthfi Kurniawan (25) perantau di Jakarta asal Kamang Hilia, Agam, Sumatera Barat mengamini jika rendang adalah obat rindu kampung halaman.

"Selain obat homesick, rendang itu adalah identitas budaya saya. Maka dari itu saya sering sebal kalau kalio dibilang rendang. Hitam legam itu ya warna rendang," kata Luthfi.

(Baca juga : Tanggapan PM Malaysia dan Komisioner Inggris soal Rendang ?Crispy?)

Rendang bagi orang Minang juga berarti proses. Dimulai dari gulai, kalio, dan rendang. Semua ditentukan dari lama durasi memasak.

"Proses memasak rendang sampai hutam itu mengajarkan kesabaran dan proses. Untuk jadi yang sempurna harus menggunakan berbagai hal baik dan melalui proses, tidak instan. Ada makna filosofis di rendang itu," kata Luthfi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com