Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan ke Kepulauan Sula, Jangan Lupa Beli Oleh-oleh Batik

Kompas.com - 17/04/2018, 18:20 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

 SANANA, KOMPAS.com – Salah satu buah tangan yang bisa dibawa wisatawan dari Batik khas Kepulauan Sula, Maluku Utara untuk rekan atau pun keluarga adalah batik. Batik yang dinamakan Xoela ini pun memiliki ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan batik dari daerah lain.

Bupati Kepulauan Sula, Hendrata Thes mengatakan bahwa batik khas Sula ini memang baru saja digencarkan di Kepualauan Sula. Kain batik tersebut pun dibuat oleh para pengrajin yang merupakan masyarakat Sula.

“Batik ini memang baru kita buat dan dibuat sedemikian rupa dengan ciri khas Sula. Batiknya seperti yang saya dan Puteri Indonesia pakai semalam (dalam acara puncak Festival Maksaira 2018),” ujar Hendrata saat ditemui di Kepulauan Sula, Maluku Utara, Senin (16/4/2018).

Hal tersebut pun dibenarkan oleh seorang perancang busana sekaligus yang melatih masyarakat Sula untuk membuat batik, Lenny Agustin. Ia mengatakan bahwa memang sebelumnya Kepulauan Sula ini tidak memiliki batik khas.

“Batik Xoela ini sebenarnya memang tidak ada. Saya sebelumnya juga riset kalau masyarakat di sini memakai kain-kain batik. Biasanya mereka gunakan di kepala atau pun digunakan kain mereka,” ujar Lenny.

“Maka dari itu batik Xoela, untuk motifnya sendiri saya ciptakan sekitar 20 motif dan menggunakan teknik batik bukan print,” tambahnya.

Puteri Indonesia 2018, Sonia Fergina Citra menggunakan batik khas Sula dalam puncak acara Festival Maksaira 2018 di Kepulauan Sula, Maluku Utara, Minggu (15/4/2018). KOMPAS.com/ANGGITA MUSLIMAH Puteri Indonesia 2018, Sonia Fergina Citra menggunakan batik khas Sula dalam puncak acara Festival Maksaira 2018 di Kepulauan Sula, Maluku Utara, Minggu (15/4/2018).
Adapun motif yang digunakan pada kain batik khas Sula diambil dari kekayaan alam yang ada di Kepulauan Sula. Seperti halnya lebah, ikan, buah kenari, cokelat, dan kekayaan laut lainnya.

Menurut Lenny, lebah sendiri memiliki arti yang sangat bagus, yakni pekerja keras, bekerja sama, dan menghasilkan sesuatu yang manis.

 “Dari sisi motif kita coba menciptakan khasnya sendiri. Seperti lebah, daerah lain belum membuat dan jarang dijumpai (dari batik khas daerah lain). Jadi (motif) itu penanda bahwa itu dari sini (Sula),” kata Lenny.

Untuk warna dari batik Sula sendiri, Lenny mengatakan para pembatik di Kepulauan Sula lebih senang membatik dengan penuh warna.

Sementara, pelatihan membatik dilakukan sekali setiap bulannya selama enam bulan terakhir. Selama pelatihan, untuk batik tulis sendiri waktu menyelesaikannya lebih lama. Jika menggunakan cap, dalam sehari bisa menyelesaikan 10 kain.

Dengan hadirnya batik khas Sula, Lenny berharap masyarakat di Kepulauan Sula bisa menggunakan batik sendiri tanpa harus menggunakan batik dari daerah lain dan juga menjadi oleh-oleh khas Sula yang digemari wisatawan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com