Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perempuan di Balik Industri Penerbangan, dari Teknisi hingga Pilot Pesawat

Kompas.com - 22/04/2018, 09:00 WIB
Silvita Agmasari,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Satu abad lalu, Kartini mungkin tak akan pernah menyangka kaumnya terbang setinggi angkasa. Perempuan menuntut ilmu hingga tinggi dan di antara mereka bekerja di dunia penerbangan. Para srikandi besi hadir memberi sumbangsih dan memupus stigma, yakni dunia aviasi hanya untuk laki-laki.

"Awalnya saya waktu itu mencari sekolah yang beasiswa, lulusan mudah diserap, dibutuhkan banyak orang dan bermanfaat bagi banyak orang. Jadi itulah jalan hidup saya yang mengawali dunia penerbangan," kata kapten pilot perempuan pertama di Garuda Indonesia, Ida Fiqriah (41).

Ida bersama staf perempuan lain di Garuda Indonesia tergabung dalam Kartini Flight. Penerbangan khusus dari Jakarta ke Yogyakarta, Sabtu (21/4/2018) yang semuanya dijalankan oleh perempuan.

Bersama Ida ada co pilot Melinda, Flight Service Manager Evi Soenarjono, kru kabin yang terdiri dari Kristina Halim, Sandra Junaedi, Lysda Taher,Chika Annisa, dan Kartika Hermiyanti.

Lalu, ada Engineer Aircraft Release yakni Pita Hadi Sriwahyuni dan Dessy Purnamasari. Untuk bagian Load Control ada Maria Apriliyanti, dan Ramp Dispatcher Woro Tyas.

Staf teknisi perempuan Garuda Indonesia memeriksa bagian pesawat.KOMPAS.com / Silvita Agmasari Staf teknisi perempuan Garuda Indonesia memeriksa bagian pesawat.

Dunia penerbangan bisa dibilang belum banyak diminati oleh perempuan. Saat Ida menuntut ilmu penerbangan tahun 1994, hanya ada tiga orang perempuan di angkatannya.

Namun masing-masing punya kisah tersendiri mengapa akhirnya memutuskan bekerja dan berkarya di dunia penerbangan.

Seperti Co Pilot Melinda (24) yang terinspirasi dari ayahnya yang juga seorang pilot. Melinda kelahiran 1993, pertama kali menerbangkan pesawat ATR pada usia 19 tahun.

Ada juga Development Engineer Garuda Garuda Maintenance Facilities, Ardanti Retnohandini (25) yang berawal dari senang terbang.

"Saya senang kalau terbang dengan pesawat dan penasaran. Jadi saya memutuskan untuk kuliah teknik penerbangan, karena masih anti mainstream juga. Akhirnya saya jatuh cinta dengan dunia penerbangan, jadi tahu bagaimana pesawat bisa terbang," kata Ardanti.

Staf teknisi perempuan Garuda Indonesia memeriksa bagian pesawatKOMPAS.com / Silvita Agmasari Staf teknisi perempuan Garuda Indonesia memeriksa bagian pesawat

Penuh resiko

Bekerja di dunia transportasi, khususnya penerbangan bisa dibilang penuh tantangan. Ardanti menggambarkan pekerjaannya yang bertuga merawat pesawat harus sempurna.

"Tidak boleh ada kesalahan sama sekali, kerja harus cepat untuk menyelesaikan masalah karena jika lama akan menambah biaya. Harus tepat dan tidak meninggalkan aspek kemanan bagi penumpang," kata Ardanti.

Resiko tinggi menurut Ida dapat diminimalisir dengan kualifikasi keahlian. Sama seperti semua pilot lain, Ida harus melalui serangkaian tes dari segi kemampuan, kesehatan fisik, mental, dan intelektual selama periode waktu tertentu.

"Pesawat itu berteknologi tinggi, juga tinggi resiko dan tinggi biaya," jelas Ida.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com