Biasanya insting seorang jurnalis ketika melihat hal-hal baru muncul pertanyaan dan menggali informasi terkait dengan menu yang pertama kali dilihat.
Dalam keadaan lapar, kami melahap hidangan itu. Lalu, Ketua Lembaga Adat Desa Langgasai sekaligus pensiunan guru, Aloysius Lalung menginformasikan bahwa hidangan daging yang berbeda dari yang lainnya adalah tibo rawut serta rupang.
Lalung menjelaskan, tibo rawut adalah memasak daging babi dan sejenisnya dengan cara dibakar.
Ini merupakan sebuah tradisi warga Elar Selatan ketika dilangsungkan ritual adat dan upacara-upacara lainnya yang berhubungan dengan alam semesta, Sang Pencipta Kehidupan dan leluhur tak lepas dari tibo rawut.
Tibo rawut adalah cara memasak daging dengan cara dibakar. Daging babi atau sejenisnya dimasukkan ke dalam batang bambu muda, dicampur dengan daun ubi atau sejenisnya.
Bambu muda yang berisi daging di dalamnya dibakar. Selain itu ada rupang. Rupang adalah cara masak nasi yang dibungkus daun bambu muda.
Lalung menjelaskan, biasanya warga menghidangkan menu ini saat ritual dan upacara adat. Kali ini hidangan tibo rawut dan rupang dikhususkan bagi tamu yang berkunjung di Desa Langgasai dari Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.
Tibo Rawut dan Rupang, Hidangan Khas Elar Selatan
Saya pernah mendengar tentang nasi rupang beberapa tahun lalu ketika saya berkunjung ke rumah keluarga Suku Walan di Kampung Rajongkoe atau Nunur, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba.
Saat itu hidangannya dari jagung muda yang dimasak. Jagung muda yang sudah dihaluskan dimasukkan dalam daun kakao muda, lalu diikat dengan tali dan dimasak.
Kali ini saya dan rombongan disuguhkan rupang dari nasi merah serta tibo rawut. Saat itu saya tidak sempat mengabadikannya dengan kamera dan handphone karena saya dan rombongan dalam keadaan lapar.
Setelah makan, kami langsung tidur karena kami semua sangat lelah karena melintasi jalan yang penuh tantangan dan buruk.
Berkunjung ke Rumah Keluarga Tua Adat Suku Walan
Tua adat Suku Walan, Kornelis Sambi sempat bertemu di Kampung Mbapo, Desa Lembur beberapa tahun lalu. Rasa kekeluargaan sudah terpelihara dengan baik.
Setiba di rumahnya, saya bersama dengan rombongan lainnya disuguhkan minuman kopi pahit (pait) ditambah dengan pisang masak.