Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soto Branggahan, Gurihnya Kuah Santan Bikin Nambah...

Kompas.com - 15/05/2018, 21:45 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Selama ini ragam kuliner di Kediri, Jawa Timur, identik dengan sambal tumpang juga sambal pecelnya.

Namun nyatanya masih banyak ragam kuliner lain yang menggugah selera. Salah satunya adalah Soto Branggahan. 

Soto Branggahan mempunyai beberapa ciri khas yang menjadi pembeda dengan soto-soto pada umumnya.

Pada kuah misalnya, tampilannya tidak bening melainkan agak kental karena menggunakan santan kelapa.

Baca juga: Apakah Semakin ke Barat Soto Lamongan Semakin Berbeda?

Campuran santan itu dengan dipadu bahan rempah seperti laos, kunyit, jahe, kemiri, serta bahan lainnya yang menghasilkan rasa yang semakin gurih dan tentu nikmat.

Soto Branggahan hanya menggunakan daging ayam kampung. Yaitu dengan cara disuwir, lalu ditaburkan di atas sajian soto bersama daun seledri dan kecambah.

Cara penyajiannya juga cukup berbeda, terutama pada kemasannya. Jika umumnya soto menggunakan mangkuk seukuran mangkuk bakso, Soto Branggahan menggunakan mangkuk kecil mirip cawan.

Turun-temurun

"Branggahan" merupakan nama wilayah yang terletak di Ngadiluwih. Lokasinya di tengah jalur utama penghubung wilayah Kabupaten Kediri - Kabupaten Tulungagung.

Di sepanjang tepian Jalan Raya Branggahan itu, terdapat belasan pedagang yang menjajakan Soto Branggahan. Mereka biasanya menjajakannya melalui warung-warung kecil semi permanen. Banyak pula warga yang menyulap rumahnya sebagai warung.

Salah satunya adalah Shoimah (40). Ia mengaku sudah berjualan soto branggahan sejak 22 tahun lalu.

Baca juga: Soto Gading, Langganan Jokowi sejak Jadi Wali Kota Solo

Di keluarganya, Shoimah bukan satu-satunya orang yang berjualan soto. Beberapa saudaranya juga membuka warung soto.

Shoimah sendiri tidak tahu pasti kapan warga setempat mulai berjualan soto. Dia sendiri hanya meneruskan usaha orang tuanya. Kebanyakan pedagang di situ memang secara turun-temurun meneruskan usaha dari generasi sebelumnya.

"Sudah turun-temurun," ujar Shoimah, saat ditemui pada Kamis (10/5/2018).

Para pedagang soto di wilayah itu mempunyai jam buka yang berbeda-beda. Shoimah misalnya, mengoperasikan warungnya bersama anak-anaknya mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Baca juga: Ke Banyuwangi, Daniel Mananta Jatuh Cinta pada Rujak Soto

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com