Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Senja di Masjid Fatahilla Flores

Kompas.com - 17/05/2018, 16:12 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Berawal dari cerita lepas yang dihimpun selama ini di Kota Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Cerita lepas itu mengisahkan sebuah rumah ibadah umat Muslim di Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur yang berada di puncak bukit Pembe.

Nama rumah ibadah itu adalah Masjid Fatahilla yang berada di puncak bukit Kampung Liur. Unik dan menakjubkan Masjid berada di puncak bukit di Kabupaten Manggarai Timur.

Selasa (24/4/2018) lalu saya bersama dengan Calon Bupati Manggarai Timur dan Calon Wakil Bupati Manggarai Timur, Fransiskus Sarong-Kasmir dan tim suksesnya berangkat dari Kota dingin Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai beranjak menuju ke bagian timur.

Baca juga: Kewur Uwi, Tradisi Makan Bersama di Kampung Paua, Flores

Rasa penasaran dari cerita lepas tentang rumah ibadah umat Muslim yang berada di puncak bukit itu membuat saya dan rombongan berpacu dengan waktu agar sampai di tempat itu.

Jalan negara berhotmix dari kota dingin Ruteng sampai di pertigaan Bealaing, Kecamatan Pocoranaka tidak menyulitkan sang sopir mengendarai kendaraan untuk membawa rombongan ke kampung tersebut.

Dari pertigaan itu, sang sopir mulai hati-hati dalam mengendarai kendaraan karena ada beberapa ruas jalan yang berlubang di Kampung Watucie.

Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Wae Rebo di Flores

Dari Kampung Watucie menuju kawasan hutan konservasi Banggarangga, ruas jalan berstatus jalan propinsi itu masih juga berlubang. Namun, sebagian sedang diperbaiki.
 
Sepanjang kawasan hutan konservasi Banggarangga, suara merdu berbagai jenis burung menghibur kami. Kawasan hutan konservasi Banggarangga masih terjaga dengan baik sehingga berbagai jenis burung endemik Flores masih terdengar suara merdunya.

Kami menyusuri kawasan hutan konservasi hingga tiba di pertigaan Banggarangga. Pertigaan Banggarangga sebagai tempat istirahat sementara bagi warga masyarakat yang datang dari wilayah Mukun menuju ke Kota Ruteng.

Kami melanjutkan perjalanan menuju ke pertigaan Tangkul. Pertigaan Tangkul adalah tempat beristirahat bagi penumpang yang datang dari arah Kecamatan Lambaleda dan Kecamatan Elar dan Elar Selatan apabila bepergian ke Kota Ruteng maupun sebaliknya.

Pertigaan Tangkul masuk dalam wilayah Kecamatan Pocoranaka Timur. Di pertigaan Tangkul banyak pedagang kaki lima seperti warung bakso dan warung makanan lainnya.

Apabila kita sedang lapar, kita bisa memesan berbagai jenis menu hidangan yang dijual para pedagang kaki lima di tempat itu. Kita juga memesan kopi dan teh yang disediakan oleh pemilik warung.

Saat itu rombongan istirahat sejenak untuk melepas lelah. Setelah melepas lelah rombongan melanjutkan perjalanan.

Hari itu rombongan melewati kawasan perkebunan kopi colol yang sudah tersohor sampai di Negeri Belanda. Kawasan perkebunan kopi colol merupakan pusat kopi di NTT.

Kawasan perkebunan kopi colol merupakan cikal bakal dari pertumbuhan dan perkembangan kopi di NTT.

Orang NTT mengenal tanam kopi dan minum kopi berasal dari kawasan perkebunan kopi colol. Kiri kanan jalan di kawasan itu dipadati oleh pohon kopi.

Kopi yang sedang dijemur di Kampung Pelus, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kopi yang sedang dijemur di Kampung Pelus, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Mata kita selalu dimanjakan oleh jejeran pohon kopi bersama buahnya yang sudah masak. Warna merah kopi robusta dan arabika yang siap panen memanjakan mata kita sekaligus kebanggaan tersendiri bahwa petani di kawasan itu tetap memelihara kopi.

Hasil perkebunan kopi sebagai pendapatan utama dari warga setempat selain hasil padi dan tanaman holtikultura lainnya.

Lereng-lereng bukit dan lembah di kawasan perkebunan kopi colol dipadat dengan pohon kopi.

Sesekali kita berjumpa dengan ibu-ibu yang sedang pulang dari kebun kopi sambil menjunjung hasil kopinya dan kaum laki-laki yang pergi ke kebun kopi untuk memetiknya.

Baca juga: Gerakan Sejuta Cangkir Kopi Flores Pecahkan Rekor Muri

Mata kita dimanjakan dengan berbagai keunikan di kiri kanan kawasan tersebut. Bahkan, di depan halaman rumah warga setempat sedang jemur kopi yang siap dijual ke pasar-pasar atau agen kopi di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur.

Kopi sebagai Sumber Pendapatan Keluarga

Warga petani di kawasan Manggarai Raya mengenal kopi sejak Belanda membawa tanaman itu. Bahkan, Belanda pernah membuat sayembara tanaman kopi di seluruh Indonesia.

Seorang pengusaha kopi Lembu Nai sedang jemur kopi di Kampung Pelus, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur pertengahan April 2018.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Seorang pengusaha kopi Lembu Nai sedang jemur kopi di Kampung Pelus, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur pertengahan April 2018.
Yang menang dari sayembara itu adalah seorang petani dari Kampung Colol. Nama petani itu adalah almarhum Bernadus Ojo.

Bukti sejarah dari sayembara itu adalah ada bendera Belanda yang masih disimpan di rumah almarhum Bernadus Ojo di Kampung Colol.

Tentang almarhum Bernadus Ojo dan bendera Belanda sudah ditulis Frans Sarong sewaktu aktif menjadi wartawan Kompas serta sudah dibukukan dalam buku "Serpihan Budaya NTT" dan "Menghirup Wisata Peradaban Manggarai Timur".

Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan pertama yang dikenal oleh petani Manggarai Raya. Sumber pertama benih kopi berasal dari Kampung Colol, Kecamatan Pocoranaka Timur.

Baca juga: Menikmati Kopi Flores di Kafe La Bajo Labuan Bajo

Bahkan ada lagu khusus tentang kopi colol. Judul lagu bahasa Manggarai Raya itu “Colol Kopi Do” (kopi banyak di colol).

Syair pendeknya “Le colol, le colol kopi do” (di colol, di colol kopi banyak).

Sebaran perkebunan kopi bukan hanya di kawasan perkebunan colol melainkan sampai juga di kawasan perkampungan bukit Liur, Pembe, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas.

Masjid Fatahilla, Puncak Bukit Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018).  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Masjid Fatahilla, Puncak Bukit Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018).
Bahkan seluruh Flores ada perkebunan kopi rakyat yang tersebar di lereng-lereng bukit dan lembah-lembah yang cocok dengan tanaman kopi.

Seorang pengusaha kopi Lembu Nai, yang juga putra asli Manggarai Timur, Bonefasius atur Aburman kepada KompasTravel di gudangnya di Kampung Pelus, Kecamatan Pocoranaka menjelaskan, produksi kopi robusta di Manggarai Timur tahun 2016 sebanyak 15.000 ton, sedangkan kopi arabika sebanyak 4.000-5.000 ton.

Calon Bupati Manggarai Timur, Frans Sarong kepada KompasTravel menjelaskan, cikal bakal tanaman kopi di NTT berasal dari Kampung Colol.

Baca juga: Perempuan Flores Merawat Tenun sebagai Warisan Budaya

Bukti sejarahnya adalah bendera Belanda masih disimpan di rumah keluarga almarhum Bernadus Ojo.

"Saya sebagai orang Manggarai Timur yang bekerja di harian Kompas selama 32 tahun sangat bangga dengan petani kopi yang berhasil menang dalam sayembara tanam kopi. Ini juga menjadi kebanggaan kita semua bahwa dari kampung pelosok Manggarai Timur mampu mengharumkan nama Bangsa Indonesia melalui tanaman kopi ke seluruh dunia. Sayangnya, kopi colol belum tembus pasar ekspor," katanya.

Sawah di Flores, NTT.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Sawah di Flores, NTT.
Sarong menjelaskan, dirinya bersama Calon Wakil Bupati Manggarai Timur, Kasmir Don apabila diberi kuasa oleh rakyat Manggarai Timur pada pemungutan suara 27 Juni 2018 menjadi Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur akan bertekad kopi Manggarai Timur harus tembus pasar ekspor.

Apabila kopi Manggarai Timur bisa menembus pasar ekspor maka harga kopi akan mahal dan petani sejahtera.

"Kami bertekad agar kopi Manggarai Timur tembus pasar ekspor dunia. Kami melakukan sertifikasi kualitas kopi Manggarai Timur dengan mendatangkan ahli sertifikasi kopi dari Jember, Jawa Timur. Kami sudah bertekad seperti itu. Kopi robusta Manggarai Timur harus bisa diekspor ke luar negeri," katanya.

Hamparan Persawahan

Selain kawasan perkebunan kopi, terdapat juga hamparan persawahan untuk menghasilkan padi yang diolah oleh warga setempat.

Yang mengejutkan oleh pandangan mata adalah persawahan-persawahan di lereng-lereng bukit dengan bentuk terasiring.

Baca juga: Jelajahi Warisan Leluhur Orang Manggarai di Flores

Petani di kawasan Manggarai Raya sangat ulet dalam menata dan membuat sawah yang terdapat di lereng-lereng bukit dan lembah-lembah dengan jangkauan medan yang sangat berat.

Warga Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Warga Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018).

Jadi ada beranekagam tanaman holtikultura dan pertanian. Ada kopi, kakao, cengkeh, vanili, kemiri dan sejenisnya juga ada padi yang tersebar di seluruh Manggarai Raya.

Senja di Bukit Masjid Fatahilla

Rombongan terus melintasi jalan raya rusak menuju ke Kampung Liur untuk bertatap muka dengan masyarakat setempat.

Menempuh perjalanan dengan medan berat tidak mematahkan semangat untuk berjumpa dengan sesama saudara setempat. Rombongan tiba sekitar pukul 16.00 Wita.

Waktu itu, matahari mulai memberikan tanda-tanda terbenam. Setiba di rumah tua adat di Kampung Liur, rombongan disambut dengan ritual adat setempat, "kepok".

Setelah ritual adat selesai, tuan rumah menyuguhkan kopi pahit kepada rombongan. Minum kopi pahit merupakan sebuah tradisi dari warga setempat.

Jika tamu ingin minum kopi manis maka tuan rumah akan menyediakannya di sebuah gelas tersendiri. Namun, tradisi warga di seluruh Manggarai Timur adalah menyuguhkan kopi pahit kepada tamu maupun keluarga yang bertamu.

Masjid Fatahilla di Puncak Bukit Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Masjid Fatahilla di Puncak Bukit Kampung Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/4/2018).

Saat matahari terbenam, saya keluar rumah serta menuju ke sebuah Masjid untuk mengabadikan matahari terbenam dari balik Masjid tersebut. Akhirnya keinginan melihat senja dari balik Masjid Fatahilla terwujud.

Seorang guru di Kampung Liur, Yani Abdul Tahir kepada KompasTravel menjelaskan, Masjid Fatahilla berada di puncak bukit Kampung Liur. Di bukit itu ada perkampungan Muslim yang hidup berdampingan dengan umat Kristiani.

Bahkan, umat Muslim dan Kristiani di kampung itu masih memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Diperkirakan ada 40 kepala keluarga Muslim di kampung itu. Total seluruhnya 100 orang.

“Kami hidup rukun dan damai di kampung itu. Hubungan kekeluargaan masih sangat dekat diantara kami,” katanya.

Yani menjelaskan, matahari terbenam menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi warga setempat untuk menikmatinya di balik Masjid Fatahilla.

Bahkan, hal ini salah satu tempat terindah untuk menikmati matahari terbenam dari Masjid Fatahilla di Kampung Liur.

Gunung-gunung yang disinari matahari terbenam menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang mengunjungi perkampungan Muslim yang berada di puncak bukit.

“Obyek wisata di Desa Ranamese sangat banyak hanya belum dipromosikan secara luas karena salah satu kendalanya adalah infrastruktur jalan masih buruk,” kata Yani. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com