Titik ini biasa disebut sebagai titik awal pendakian Gunung Everest. Tim WISSEMU kala itu memilih melalui jalur Utara yakni Tibet.
Pertimbangannya melalui jalur ini adalah menghindari penumpukan pendaki ketika menuju puncak. Namun medan yang dilalui memang cukup curam.
Selama tujuh hari tim berada di sana sambil berlatih kembali teknik-teknik pendakian.
Pada yanggal 26 April 2018, tim WISSEMU melakukan proses aklimatisasi tahap akhir dari EBC. Mereka pergi hingga ketinggian 7.400 mdpl.
Hari pertama tim menuju Intermediate Camp (IR) di ketinggian 5.800 mdpl, lama perjalanan kurang lebih 7 jam dan menginap semalam.
Lalu pada 27 April 2018, mereka melanjutkan perjalanan menuju Advanced Base Camp (ABC) yang berada pada ketinggian 6.400 mdpl selama tujuh jam perjalanan.
Tiga malam Deedee dan Hilda menginap di ABC dengan suhu mencapai 11 derajat celcius. Di ABC mereka tidur dengan bantuan tabung oksigen, karena kadar oksigen di sana menipis.
Kemudian, pada 1 Mei 2018 tim WISSEMU melalui North Col di ketinggian 7.020 mdpl dan menginap di Camp 1 selama satu malam.
North Col merupakan punggungan tebing es sebelum puncak Everest yang dikenal sebagai jalur berbahaya, karena dari sini pendaki harus melewati jurang es dengan tangga dan jalur fix rope di kemiringan 60 derajat.
Keesokan harinya mereka mendaki hingga ketinggian 7.400 mdpl lalu kembali ke EBC dengan ketinggian yang lebih rendah, maka proses aklimatisasi telah selesai.
Di EBC juga mereka berdua melakukan persiapan logistik akhir juga pemeriksaan kondisi tubuh untuk summit attempt juga dilakukan di EBC.
Mulai pendakian hingga kibarkan bendera Indonesia
Usai melalui proses aklimatisasi panjang, tim WISSEMU beristirahat di Desa Zhaxizongxiang di ketinggian 4.150 mdpl, Tibet.
Perjalanan menuju puncak Gunung Everest pun dimulai pada 11 Mei 2018 dari Desa Zhaxizongxiang.
Awalnya diperkirakan paling cepat mereka sampai dengan waktu selama tujuh hari.