Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayang Suket, Mainan Anak yang Hampir Punah

Kompas.com - 18/05/2018, 10:00 WIB
Silvita Agmasari,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Jari jemari Yusuf (74) lihai menekuk rumput mendong. Sekilas Yusuf tampak sedang membuat produk anyaman. Namun jika diperhatikan lebih lama, bentuk rumput dibuat menjadi konfigurasi manusia. Ada hidung, kepala, tubuh, dan tangan.

"Ini wayang suket. Kalau yang di sana itu bentuk Lima Pandawa," kata Yusuf saat melatih wisatawan membuat wayang suket di Omah Kecebong, Sleman, Yogyakarta, Kamis (10/5/2018).

Meskipun tidak diberi nama, dengan mudah dapat membedakan Lima Pandawa dari bentuk ukuran wayang suket.

Wayang Bima berukuran lebih tinggi dan besar dari empat lainnya, ada yang berukuran sama persis yakni si kembar Nakula dan Sadewa, Arjuna yang berukuran sedang, dan Yudhistira dengan tubuh yang lebih besar.

"Sebenarnya wayang suket ini sesuai dengan imajinasi pembuatnya saja ingin seperti apa. Tidak ada pakem khususnya," jelas Yusuf.

Yusuf atau akrab disapa banyak orang Mbah Yusuf adalah warga Sleman asli. Semasa kecil, wayang suket menjadi mainan dia dan anak-anak lain.

"Jadi kalau sedang ngangon ternak, kami menunggu sambil bikin wayang suket ini," jelas Yusuf.

Yusuf, pengajar wayang suket di Omah Kecebong, YogyakartaKOMPAS.com/Silvita Agmasari Yusuf, pengajar wayang suket di Omah Kecebong, Yogyakarta

Maka tak heran, ia menyebutkan rekan seumurannya rata-rata bisa membuat wayang suket. Namun seiring perkembangan zaman, mainan yang lekat dengan budaya ini mulai tak diminati.

"Ya zaman berubah, anak-anak zaman sekarang mainnya robot. Mana mau main wayang suket begini lagi. Kalau bukan yang seumuran saya di acara begini sudah tidak ada yang mainkan wayang suket," jelas Yusuf.

Yusuf hadir di Omah Kecebong, penginapan sekaligus restoran dan tempat outbond di Sleman, Yogyakarta yang menjadikan pengalaman berbudaya menjadi daya tarik bagi tamunya.

Dengan mengambil paket wisata, tamu dapat belajar membuat wayang suket dan membawa pulang hasil buatannya sendiri.

Wisatawan sedang belajar membuat wayang suket di Omah Kecebong. Wisatawan sedang belajar membuat wayang suket di Omah Kecebong.

Yusuf dengan sabar mengajarkan para tamu yang ingin belajar wayang suket sampai bisa. Kira-kira butuh waktu setengah jam.

"Di Omah Kecebong ini pengunjung bisa membuat wayang suket, membatik, naik gerobak bajingan, dan pakai kebaya juga," kata pendiri Omah Kecebong, Hasan Prayogo ditemui KompasTravel, Rabu (9/5/2018).

Wisata berbasis pengalaman budaya menurut Prayogo dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah Yogyakarta. Di samping mengunjungi situs -situs berbudaya yang terkenal di kalangan wisatawan seperti candi dan keraton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com