Berikutnya, pemasangan modul akan dilakukan setiap hari. Masih ada kesulitan lain yang akan dihadapi seperti ketika pemasangan modul pada bagian ujung-ujung sayap garuda.
Itu, menurut Nuarta, agak menyeramkan. Belum lagi cuaca yang tidak menentu, terutama kecepatan angin yang tinggi. Tower crane yang digunakan untuk menaikkan modul hanya dapat dipakai bila kecepatan angin di bawah 10 knot.
Sementara, hari-hari belakangan ini kecepatan angin mencapai 13 knot sehingga menghambat pemasangan modul.
Baca juga: Viral, Video Pemasangan Kepala Patung Wisnu Seberat 4 Ton di GWK Bali
Dari rencana 16 modul yang terpasang dalam sehari, cuaca buruk menyebabkan hanya sekitar 4 modul yang bisa dinaikkan.
"Kalau pemasangan mahkota lancar walaupun angin kencang. Itu karena bentuknya yang bulat, sehingga tidak goyang. Berbeda dengan penaikan lempengan modul lainnya yang bentuknya gepeng, bisa kayak layangan kalau diterpa angin," katanya.
Simbol Patung Brahma
Terlepas dari itu, keberadaan patung GWK di Bukit Ungasan yang secara geografis posisinya berada di selatan Bali sempat menuai perdebatan. Sebab, dalam konsep Hindu di Bali ada istilah Dewata Nawasanga.
Konsep ini meyakini terdapat sembilan dewa sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga sembilan penjuru mata angin.
Dalam hal ini, dewa penguasa arah selatan sebenarnya adalah Dewa Brahma, bukan Dewa Wisnu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan